Letak dari lautan tersebut berada 400 mil atau 643,73 kilometer di bawah tanah dan tidak bisa diakses, dikutip dari Unilad, Jumat (29/3/2024).
BACA JUGA:Sebuah Transformasi Bersejarah Biara Khora di Turki Kembali Jadi Masjid Kariye
Ahli geofisika yang merupakan bagian dari tim penemu tersebut, Steve Jacobsen mengatakan bahwa temuan ini didapatkan setelah mempelajari gempa bumi, dilansir dari Indy100, Sabtu (30/3/2024).
Air tak berasal dari luar angkasa Pada penelitian tersebut, ilmuwan menemukan bahwa seismometer menangkap gelombang kejut di bawah permukaan Bumi.
Dari situlah ilmuwan memastikan bahwa ada air yang tertahan oleh batuan mineral yang disebut ringwoodite.
Ringwoodite berfungsi sebagai spons atau penyerap untuk sebagian besar molekul air di dalam kerak Bumi.
BACA JUGA:Menjelajahi Jejak Sejarah Candi Singosari di Malang yang Penuh Misteri
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan 5 Fakta Menarik Candi Singosari di Jawa Timur
Penemuan ini diharapkan dapat membantu para ilmuwan menentukan bagaimana Bumi terbentuk.
Selain itu, pengembangan dari penemuan ini akan memperkuat teori bahwa air di Bumi berasal dari dalam, bukan dari luar angkasa, seperti dari asteroid atau komet.
"Saya pikir kita akhirnya melihat bukti adanya siklus air di seluruh Bumi. Penemuan ini dapat membantu menjelaskan betapa banyaknya jumlah air di permukaan planet yang dapat dihuni,” ungkap Jacobsen.
Jacobsen juga mengatakan bahwa para ilmuwan selama ini telah mencari perairan dalam yang hilang selama beberapa dekade.
BACA JUGA:Mengungkap Rahasia situs Tutari dan wisata sejarah Papua yang Penuh Misteri
BACA JUGA:Sejarah Peradaban Yunani Kuno Awalnya Tak Ada Penjara, Ternyata Orang Ini Penggagasnya
Ke depannya, Jacobsen dan timnya ingin mengetahui apakah lapisan mirip samudra ini menyelimuti seluruh Bumi atau tidak.