PAGARALAMPOS.COM – Tari Dirodo Meto merupakan salah satu warisan budaya sakral yang dimiliki oleh Mangkunegaran di Solo.
Tarian ini tidak hanya sekadar seni pertunjukan, tetapi juga simbol keberanian dan perjuangan Pangeran Sambernyawa, pendiri Mangkunegaran.
Dalam rangka memperingati pendirian Mangkunegaran ke-267, tarian ini kembali dipentaskan di Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran, menampilkan keindahan dan kekhidmatan yang memukau para penonton.
Pertunjukan ini menjadi momen penting untuk mengenang sejarah sekaligus memperkuat identitas budaya Jawa yang kaya dan penuh makna.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat, Sifat dan Karakter Pandawa Lima dalam Kisah Pewayangan Mahabharata
BACA JUGA:Silsilah Keluarga Mahabharata, Mengungkap Asal Usul Pandawa dan Kurawa
Solo, sebuah kota yang kaya akan seni dan kebudayaan Jawa, memiliki warisan seni tari yang tak ternilai.
Salah satu tarian yang sarat makna dan sejarah adalah Tari Dirodo Meto.
Tarian ini bukan hanya sekedar pertunjukan, tetapi juga merupakan representasi dari keberanian dan perjuangan Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said, pendiri Mangkunegaran yang dikenal sebagai Mangkunegara I.
Tari Dirodo Meto adalah tarian yang seluruh penarinya adalah laki-laki. Tarian ini dianggap sakral dan biasanya dipentaskan pada hari-hari penting.
BACA JUGA:Berkedok Demi Kesejahteraan Rakyat! Inilah Ritual Menyimpang Raja Kertanegara
BACA JUGA:Peninggalan Bersejarah Candi Arjuna yang diyakini Miliki Segelintir Kisah Menarik!
Salah satu momen istimewa tersebut adalah pada peringatan pendirian Mangkunegaran ke-267, yang diperingati pada Minggu, 28 April 2024, di Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran.
Tarian ini dikurasi oleh seniman tari terkenal, Rama Soeprapto.
Rama Soeprapto menjelaskan bahwa tarian ini tidak mudah untuk dipentaskan.