Mengenal Seni Sakral Tari Dirodo Meto, Kesenian yang Ada dalam Peringatan Mangkunegaran ke-267

Jumat 17-05-2024,22:32 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Almi

Tarian ini dikenal juga dengan nama Bedhaya Senapaten Dirada Meta atau Gajah Mengamuk, yang menggambarkan teknik peperangan Pangeran Sambernyawa dalam melawan penjajah. 

"Ini cerita tentang kiasan gajah mengamuk, sebuah teknik peperangan samber nyowo sendiri, 16 tahun berjuang nonstop melawan penjajah saat itu," tambahnya.

Saat pertunjukan dimulai, 14 penari pria berbaris memasuki Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran dengan langkah yang tegas dan penuh makna.

Tujuh di antaranya berperan sebagai prajurit, dengan tiga membawa trisula dan empat membawa busur.

BACA JUGA:Peninggalan Bersejarah Candi Arjuna yang diyakini Miliki Segelintir Kisah Menarik!

BACA JUGA:Sebagian Wanita Sparta Punya Dua Suami, Mengupas Kisah Sejarah Yunani Kuno!

 

Mereka mengenakan kain dodotan Jawa yang dililit di pinggang, serta blankon dan gelang emas di pergelangan tangan dan kaki. 

Para penari juga membawa keris yang dihiasi dengan roncean melati, menambah kesan sakral dan indah pada setiap gerakan mereka.

Diiringi oleh alunan gamelan dan nyanyian sinden, setiap gerakan tarian tampak gagah dan serasi dengan musik yang mengiringinya. 

Penampilan Tari Dirodo Meto ini berhasil memukau para tamu yang hadir. 

BACA JUGA:Menyimpan Cerita Menarik! Inilah 4 Tempat Wisata Sejarah PALI yang Wajib Kamu Kunjungi

Keindahan gerakan yang kompak dan penuh makna, dipadu dengan kostum yang megah, menciptakan suasana yang mempesona.

Lebih lanjut, Rama Soeprapto mengungkapkan bahwa busana yang digunakan para penari adalah karya dari desainer ternama Indonesia, Iwan Tirta. 

"Bajunya adalah ciptaan Mas Iwan Tirta yang dicreate sebuah keindahan tarian ini. Saya berharap tarian ini berlangsung menciptakan generasi baru," harapnya.

Sementara itu, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X menekankan pentingnya menjaga warisan budaya ini.

Kategori :