Herodotus, sejarawan Yunani terkenal dari abad ke-5 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan dengan caranya sendiri, bertanya-tanya tentang sumber air dalam jumlah besar itu seperti yang dilakukan tokoh-tokoh seperti Alexander Agung, Cyrus Agung dan putranya, dan para pemimpin Romawi seperti Julius Caesar dan Nero.
BACA JUGA:Menggali Warisan Sejarah, Mengungkap Peran Arya Wiraraja dalam Lamajang Tigang Juru
BACA JUGA: Garuda Muda Membuat Bangga, Erick Thohir Banjir Komentar di Instagram Pasca Laga Bersejarah
“Nil caput quoerere adalah pepatah Romawi yang jika diterjemahkan secara longgar maksudnya adalah 'mencari kepala Sungai Nil,' atau untuk mencoba yang tidak mungkin,” kata Ondaatje.
Firaun Ptolemeus II Philadelphus juga tertarik pada pencarian sumber air Sungai Nil ini. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi ia mengirimkan ekspedisi cukup jauh untuk mencari tahu sumber ari Nil Biru yang mungkin berasal dari pegunungan Etiopia.
“Orang-orang Mesir juga tertarik untuk menemukan sumbernya karena itu mempengaruhi pertanian mereka,” kata Angela Thompsell, profesor sejarah di State University of New York yang memiliki spesialisasi keahlian dalam bidang sejarah kolonial Afrika dan Inggris.
Namun, tak satu pun dari upaya-upaya ini berhasil mencapai sumbernya. Seperti banyak sungai dengan panjang yang sebanding, Sungai Nil memiliki sejumlah anak sungai utama, atau cabang-cabang sungai atas yang mengalir ke dalamnya.
BACA JUGA:Jejal Pemukiman Prasejarah, Menjadikanya Kota-Kota Pertama di Dunia
BACA JUGA:Kota Kuno Peninggalan Suku Maya, Jejak Sejarah di Dasar Danau Atitlan
Dua sungai utamanya, Nil Biru dan Nil Putih, bertemu di Khartoum sebelum melanjutkan perjalanan ke utara melalui Sudan dan ke Mesir.
Penjelajah Skotlandia James Bruce mengklaim sebagai orang Eropa pertama yang menemukan sumber Sungai Nil Biru. Pada tahun 1770 ia berhasil mencapai rawa dan air terjun di Tis Abay di Ethiopia.
Meski demikian, menurut Ondaatje, Jesuit Pedro Paez dari Spanyol sebenarnya telah 150 tahun lebih dulu tiba di Danau Tana pada 1618.
Nil Biru, yang mengalir dari Danau Tana, sebenarnya menyediakan lebih dari 80 persen air dan sedimen yang mengalir ke Sungai Nil ketika dua bagian utama dari sungai Nil itu bertemu di Khartoum.
BACA JUGA:Asal-Usul Kata Guin5ea yang Menjadi Nama Empat Negara Begini Sejarahnya
BACA JUGA:Menggali Warisan Sejarah, Mengungkap Peran Arya Wiraraja dalam Lamajang Tigang Juru
Tetapi Sungai Nil Putih lebih panjang, dan sumbernya selalu kurang dipahami karena mengalir dari pedalaman yang lebih dalam.