PAGARALAMPOS.COM - Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman alam dan sumber daya, telah lama menjadi bagian dari pergerakan global perdagangan.
April 2024 tidak terkecuali, dengan catatan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 3,56 miliar.
Namun, dibalik angka tersebut, terdapat beberapa catatan defisit yang patut diperhatikan.
Menurut Deputi Bidang Distribusi dan Jasa dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, salah satu defisit terdalam yang mencuat adalah dengan Australia.
BACA JUGA:Skandal Korupsi Beras Premium Palsu, Kepala Bulog Waingapu Mengembalikan Rp 250 Juta
Defisit sebesar US$ 0,438 miliar ini, menurutnya, dipicu oleh sejumlah komoditas seperti bahan bakar mineral, biji logam, terak, abu, dan serealia.
Namun, yang menarik perhatian adalah defisit perdagangan dengan Brasil.
Pada bulan yang sama, defisit mencapai US$ 0,388 miliar.
Penyebab utamanya? Impor gula dan kembang gula dari negara Amerika Latin ini, serta, yang mengejutkan bagi sebagian orang, impor ampas dan sisa industri makanan.
BACA JUGA:Minyak Goreng Curah Dicoret dari Aturan DMO, Produsen Berikan Respon Begini!
Impor ampas makanan bisa jadi terdengar tidak lazim bagi sebagian orang, tetapi sebenarnya hal ini mencerminkan kebutuhan industri pangan Indonesia yang terus berkembang.
Namun, sementara impor tersebut dapat memenuhi kebutuhan industri, dampaknya terhadap neraca perdagangan Indonesia patut dipertimbangkan lebih lanjut.
Ampas makanan dan sisa industri makanan yang diimpor Indonesia dari Brasil mungkin terdiri dari berbagai bahan, mulai dari serat yang dihasilkan dari pemrosesan makanan hingga produk sampingan lainnya.
Secara umum, impor tersebut mungkin digunakan dalam berbagai industri, termasuk pakan ternak, produksi biofuel, atau mungkin bahkan dalam produk konsumen langsung.