PAGARALAMPOS.COM - Selama 450 tahun, Biara Khora menjadi tempat ibadah umat Kristiani di Konstantinopel.
Fungsi ini mulai berubah pada masa pemerintahan Sultan Mehmet dari Kesultanan Utsmaniyah yang menamai kota bikontinental itu Istanbul pada tahun 1453 dan mengubah banyak bangunan keagamaan menjadi masjid, di antaranya Ada Hagia Sophia.
Biara Khora akhirnya menjadi Masjid Kariye. Mosaik dan lukisan dinding tradisi Kristen yang menutupi dinding bagian dalam bangunan ditutupi dengan lapisan untuk memastikan doa.
"Dipulihkan" sebagai masjid Dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 oleh Mustafa Kemal Atatrk, dua bangunan bersejarah diubah menjadi museum.
Keadaan ini kembali diubah pada tahun 2018 oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ketika mengumumkan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah umat Islam dan Masjid Kariye pada tahun 2020.
BACA JUGA:Kehidupan dan Kehancuran: Kisah Kerajaan Buleleng dalam Sejarah Bali
BACA JUGA:Mengupas Sejarah, Talut dan Umpak sebagai Pondasi Kokoh Bangunan Era Majapahit
Menurut Iqna, mengutip Daily Sabah, Masjid Kariye dulunya adalah sebuah gereja Bizantium bernama Biara Khora, yang kemudian menjadi masjid dan kemudian menjadi museum.
Pada tahun 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memerintahkan bangunan tersebut digunakan kembali sebagai tempat ibadah umat Islam. Perintahnya menyusul keputusan kontroversial serupa mengenai pembangunan Hagia Sophia.
Kementerian Luar Negeri Yunani pada Senin malam menggambarkan tindakan tersebut sebagai tindakan provokatif dan mengutuknya. Kementerian mengatakan tindakan tersebut akan mengubah sifat gereja kuno dan merusak situs Warisan Dunia UNESCO.
BACA JUGA:Sejarah Dinasti Abbasiyah Kembangkan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban
BACA JUGA:Eksplorasi Kota Muslim Kuno di Ethiopia: Menyelami Sejarah Awal Islam di Benua Afrika
Bagi pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan, AKP, perubahan status kedua warisan budaya UNESCO itu menyimpan klaim abadi sebagai pewaris kekuasaan Uthmaniyyah dengan mengedepankan corak keislaman.
Dalam publikasi teranyar, pemerintah Turki menggunakan istilah "penaklukan" ketika mengumumkan perubahan fungsi bangunan. Pun kantor urusan agama di Turki, Diyanet, menyebut kembalinya Haga Sophia dan Biara Khora sebagai "pampasan perang,"
"Hagia Sophia adalah bukti bahwa kita sekarang menduduki kawasan ini. Hagia Sophia ibaratnya adalah pedang penaklukan, hak berkuasa atas Turki," kata orang kepercayaan Erdoan, Numan Kurtulmu, tahun 2020 silam.