PAGARALAMPOS.COM - Tokoh Ir Soekarno sudah lama dikenal sebagai presiden pertama Republik Indonesia.
Penerbit bahkan mempunyai peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia.Hingga saat ini, tokohnya juga dianggap sebagai salah satu pahlawan negara.
Namun siapa sangka, konon Sukarno punya harta melimpah. Khusus dalam bentuk emas batangan yang disimpan di bank nasional Swiss.
Kabar soal harta benda mantan Presiden pertama RI, Soekarno berupa 57 ribu ton emas muncul beberapa waktu lalu.
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
Sebuah media asing yang berpusat di Austria, Kreonen Zeitung mengungkap harta karun Soekarno berupa emas yang bernilai tinggi.
Namun, kebenaran mengejutkan tentang harta karun emas 57.000 ton milik Soekarno yang dirumorkan akhirnya mulai terungkap. Konon seluruh emas tersebut dipinjam oleh Presiden AS John F.
Kennedy pada tahun 1963 untuk pembangunan Amerika Serikat. Jadi apa kebenaran sebenarnya?
BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau
Bila mengacu pada data sejarah, Sukarno tidak memiliki harta sebanyak itu. Sebab, fakta sejarah menunjukkan bahwa Sukarno mengalami hidup yang sulit selama menjabat sebagai Presiden RI.
Dalam wawancara dengan jurnalis AS, Cindy Adams, Sukarno mengaku bahwa gajinya selama jadi presiden hanya US$220 atau setara dengan Rp3,41 juta dengan acuan asumsi kurs hari ini, yakni Rp15.541/US$. Selain itu, Sukarno menyebut bahwa ia tidak memiliki rumah dan tanah.
Maka dari itu, wajar jika proklamator itu hidup dari istana ke istana yang dimiliki oleh negara. Bahkan, Sukarno mengaku pernah dibelikan piyama oleh duta besar saat kunjungan ke luar negeri karena ia menggunakan baju tidur yang sudah robek.
"Adakah Kepala Negara yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?" kata Sukarno kepada Cindy Adams, dikutip dari Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1964), Sabtu (9/3/2024).