Kejayaan Suku Manchu: Dari Minoritas Hingga Penguasa Kekaisaran Tiongkok

Kamis 25-07-2024,16:58 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Suku Manchu, yang dikenal sebagai kelompok etnis Tungus, awalnya dikenal dengan nama Jurchen dan merupakan penduduk asli wilayah Tiongkok Timur Laut, termasuk Manchuria. Saat ini, mereka merupakan kelompok etnis terbesar kelima di Tiongkok, setelah Han, Zhuang, Uighur, dan Hui.

Penguasaan awal suku Manchu atas Kekaisaran Tiongkok dimulai pada masa Dinasti Jin, yang berlangsung dari tahun 1115 hingga 1234. Pada akhir abad ke-17, mereka lebih dikenal dengan nama "Manchu".

Gaya Hidup dan Keyakinan Suku Manchu dalam Sejarah Tiongkok

Berbeda dengan bangsa-bangsa di sekitarnya seperti Mongol dan Uighur, suku Manchu dikenal sebagai petani yang menetap. Mereka mengolah berbagai jenis tanaman tradisional seperti sorgum, millet, kedelai, dan apel, serta tanaman baru seperti tembakau dan jagung.

Peternakan mereka meliputi beternak sapi, lembu, dan memelihara ulat sutra. Suku Manchu juga dikenal melakukan kegiatan berburu dengan keterampilan memanah dan berburu dengan elang. 

Sebelum penaklukan mereka terhadap Kekaisaran Tiongkok, suku Manchu menganut kepercayaan perdukunan. Para dukun mempersembahkan korban kepada roh leluhur dan melakukan tarian untuk penyembuhan dan pengusiran kejahatan. Selama Dinasti Qing (1644-1911), kepercayaan masyarakat Tiongkok memengaruhi sistem kepercayaan Manchu.

Banyak aspek Konfusianisme meresap ke dalam budaya Manchu, dan beberapa dari mereka mengadopsi agama Buddha, khususnya Buddha Tibet.

Perempuan Manchu menikmati status yang lebih setara dengan laki-laki, termasuk larangan mengikat kaki anak perempuan, yang berbeda dari kebiasaan masyarakat Han.

Kekuasaan Suku Manchu dalam Kekaisaran Tiongkok

Suku Manchu, sebelumnya dikenal sebagai Jurchen, mendirikan Dinasti Jin yang berlangsung dari tahun 1115 hingga 1234. Namun, Dinasti Jin ini berbeda dari dinasti dengan nama yang sama yang berdiri pada tahun 265 hingga 420. Dinasti Jin bersaing dengan Dinasti Liao untuk menguasai Manchuria dan wilayah lainnya di Tiongkok, dan akhirnya jatuh ke tangan Mongol pada tahun 1234.

Pada bulan April 1644, setelah pemberontakan Han Tiongkok meruntuhkan ibu kota Dinasti Ming di Beijing, tentara Manchu diundang untuk merebut kembali ibu kota tersebut. Mereka berhasil masuk ke Palembang dan menguasai kota tersebut, yang membawa mereka ke posisi kekuasaan sebagai Dinasti Qing. Dinasti Qing memerintah Tiongkok selama lebih dari 250 tahun dan merupakan kekaisaran terakhir dalam sejarah Tiongkok.

Kontroversi Nama Manchu

Nama "Manchuria" sering menjadi topik kontroversi karena berasal dari adopsi nama Jepang "Manshu" pada abad ke-19. Nama ini digunakan oleh Kekaisaran Jepang untuk merujuk wilayah tersebut, dan akhirnya, pada awal abad ke-20, Jepang mencaplok wilayah tersebut. Suku Manchu dan orang Tiongkok biasanya tidak menggunakan istilah ini, lebih memilih menyebut wilayah tersebut sebagai "Timur Laut" atau "Tiga Provinsi Timur Laut". Nama Manchu masih digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk wilayah Tiongkok timur laut, meskipun Hong Taiji, Kaisar Taizong dari Dinasti Qing, melarang penggunaan nama Jurchen pada tahun 1636. 

Kini, terdapat lebih dari 10 juta etnis Manchu di Tiongkok, meskipun hanya sedikit yang masih berbicara bahasa Manchu. Dengan runtuhnya Dinasti Ming, suku Manchu mendirikan dinasti baru yang membawa perubahan signifikan dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok.

Kategori :