Kewaspadaan terhadap serangan drone murah yang membawa munisi di mana jenis drone ini sulit terdeteksi oleh radar karena terbang rendah menjadi satu catatan penting yang tidak boleh diabaikan.
Serangan drone kamikaze atau jenis First-Person View (FPV), walau berukuran kecil, terbukti telah banyak menghancurkan aset-aset bernilai tinggi, termasuk personel militer dan peralatan tempur canggih dan mahal.
Sebagai catatan tambahan, di matra laut pun penggunaan Unmanned Surface Vehicle (USV) atau drone boat bersejata, telah berhasil menghancurkan kapal-kapal perang musuh berukuran besar.
Senjata-senjata tak berawak jenis kamikaze, akan menjadi ancaman serius yang memerlukan kewaspadaan tambahan.
BACA JUGA:TNI AU Bentuk Dua Skadron Baru Di Tarakan dan Malang
Semakin kuat dan semakin canggih suatu angkatan udara, tentu saja akan menjadi penangkal yang kuat bagi suatu negara dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya, baik darat, laut, maupun udaranya.
Angkatan udara berperan sekaligus sebagai mata dan telinga, serta tangan untuk memukul musuh dengan kecepatan yang tinggi. Angkatan udara juga menjadi payung bagi serangan matra lain dalam suatu peperangan.
Sebaliknya, angkatan udara suatu negara yang lemah, tentu akan mudah untuk dikalahkan oleh musuh.
Di usianya yang ke-78 tahun, TNI AU harus semakin berbenah dan meningkatkan profesionalismenya. Di sisi yang lain, negara memiliki kewajiban mutlak untuk melengkapi alutsista canggih serta anggaran yang memadai untuk memiliki Sayap Tanah Air yang profesional, modern, dan tangguh.(*)