Wanita juga diketahui melakukan seppuku, tetapi mereka tidak melakukannya dengan cara yang sama seperti pria. Tindakan itu salah disebut jigai (bunuh diri). Si wanita akan berlutut, mengikat kakinya demi kesopanan, dan memotong lehernya sendiri.
Bahkan remaja dan anak-anak pun bisa disuruh melakukan hara-kiri. Mereka, terutama dalam kasus anak-anak, sering diberitahu bahwa itu hanyalah latihan untuk berakting.
Mengapa anak-anak pun tidak terbebas dari ritual ini? Budaya feodal Jepang dipraktikkan menurut mentalitas “dosa ayah”. Pelanggaran perilaku yang cukup mengerikan dapat mengakibatkan seluruh keluarga dieksekusi.
Hara-kiri di zaman modern
Pada 12 Maret 1868, sebuah kapal pelaut Prancis mendarat di Sakai, sebuah pelabuhan dekat Osaka di prefektur Tosa.
BACA JUGA:Bikin Geger Dunia, 15 Telur Dinosaurus dari Periode Cretaceous Ditemukan di Tiongkok
Saat para pelaut sedang cuti di pantai, mereka bersikap kasar kepada penduduk kota. Seorang pelaut mengambil bendera dari seorang samurai Tosa. Perkelahian terjadi antara sekelompok kecil pelaut dan samurai lokal, yang menyebabkan insiden diplomatik.
Orang Jepang diperintahkan untuk melakukan seppuku dan kapten Prancis yang menjadi bawahan para pelaut diundang untuk menonton ritual tersebut.
Penonton harus memastikan bahwa itu telah dilakukan dengan memuaskan. 16 prajurit, bersama dengan komandan garnisun, harus mengakhiri hidup mereka.
Kapten Prancis melihat seppuku, dan dengan ngeri, dia meminta agar dihentikan dan samurai yang tersisa diampuni.
Kejadian ini, seiring dengan modernisasi umum masyarakat Jepang, menyebabkan hara-kiri dilarang sebagai sarana hukuman.
BACA JUGA:Kisah Keperkasaan Beifu, Porter Teh Tiongkok Memanggul Beban Seukuran Lemari Es
Ada beberapa perwira Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II yang bunuh diri dengan gaya samurai tradisional.
Misalnya Takijiro Onishi, laksamana yang menyusun taktik kamikaze. Alih-alih puisi kematian, dia menulis surat penyesalan untuk 4.000 pilot yang tewas dengan sengaja menabrakkan pesawat ke kapal musuh. Onishi juga tidak menunjuk kaishakunin dan membutuhkan waktu 15 jam untuk mati.
Contoh penting lainnya dari seppuku di zaman modern adalah Yukio Mishima. Ia adalah seorang nasionalis garis keras yang merasa bahwa militer dan masyarakat Jepang telah menjadi lemah sejak akhir Perang Dunia II.
Pada tahun 1970, ia memaksa masuk ke markas Pasukan Bela Diri Jepang dan melakukan hara-kiri. Ini dilakukan setelah upaya yang gagal untuk melakukan kudeta demi memulihkan kekuatan politik kaisar. (*)