Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa kehadiran militer Cina secara permanen mungkin akan terjadi seiring dengan selesainya pembangunan infrastruktur di pangkalan tersebut.
Office of the Director of National Intelligence (ODNI) dalam laporan tahunan yang diterbitkan pada 11 Maret 2024 menyebut, selain mengembangkan pangkalan militernya di Djibouti dan Lanal Ream di Kamboja, Beijing dilaporkan juga sedang mempertimbangkan untuk membangun fasilitas militer di berbagai lokasi
Namun tidak terbatas pad Myanmar, Kuba, Equatorial Guinea, Pakistan, Seychelles , Sri Lanka, Tajikistan, Tanzania, dan Uni Emirat Arab.
BACA JUGA:Cina Kembangkan Rudal Hanud, Jangkauan 2.000 Km, Targetkan Pembom Strategis dan AWACS
Sebelumnya pada 25 Januari 2024, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mencoba mengatasi kekhawatiran seputar kehadiran angkatan laut Cina yang diberitakan secara luas oleh media internasional.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa Pangkalan Angkatan Laut Ream, sesuai dengan Pasal 53 Konstitusi kami dengan jelas menyatakan bahwa Kamboja tidak mengizinkan pangkalan militer asing berada di wilayahnya, dan pasukan Kamboja juga tidak memiliki pangkalan di wilayah mana pun kecuali berdasarkan ketentuan misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).” (*)