PAGARALAMPOS.COM - Sejarah perkembangan pemerintahan tradisional di Besemah merupakan bagian integral dari warisan budaya yang kaya di wilayah tersebut.
Sistem pemerintahan ini tidak hanya mencerminkan struktur politik, tetapi juga hubungan yang kompleks antara ekologi, sosial, dan budaya.
Untuk memahami secara menyeluruh, perlu untuk melihat lebih dekat struktur, dinamika, dan peran pemerintahan tradisional Besemah
Dalam konteks sejarah Kesultanan Palembang dan perubahan yang terjadi dengan masuknya era kolonial.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat, Sifat dan Karakter Pandawa Lima dalam Kisah Pewayangan Mahabharata
BACA JUGA:Silsilah Keluarga Mahabharata, Mengungkap Asal Usul Pandawa dan Kurawa
1. Konteks Ekologi dan Sosio-Ekonomi
Besemah memiliki karakteristik lingkungan fisik yang memengaruhi pola sosio-ekonomi dan politiknya.
Perbedaan antara pola aliran dan uluan, yang mengacu pada dataran rendah dan tinggi, juga membedakan aspek-aspek sosial dan politik di wilayah tersebut.
Kesultanan Palembang membagi wilayahnya menjadi Kepungutan (dataran rendah) dan Sindang (dataran tinggi), dengan implikasi kekuasaan dan tugas yang berbeda.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Candi Arjuna dengan Situs Bersejarah di Ketinggian 2.093
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kota Cibaduyut, Pusat Kreativitas Sepatu Bandung yang Menawan
2. Struktur Pemerintahan Tradisional
Sebelum era kolonial, Besemah diperintah oleh sistem pemerintahan tradisional yang dikenal sebagai Lampik Empat Mardike Duwe.
Struktur ini melibatkan empat "juraytuwe" atau kepala dusun yang memiliki peran dalam menjalankan kegiatan pemerintahan dan mempertahankan kebebasan dari kewajiban pajak.