Dengan demikian, pembangunan setiap bidang dilakukan oleh kontraktor di bawah insinyur militer yang bertanggung jawab.
BACA JUGA:Misteri Umur Benteng Machu Picchu di Peru
Proyek pembangunan benteng dimulai dengan pembebasan lahan dengan pemasangan patok. Mereka hanya bisa membangun di tanah milik pemerintah koloni. Setiap tahunnya, Pemerintah Hindia Belanda menyisihkan 60 ribu gulden untuk pembebasan lahan.
Kebanyakan dari tenaga kerja yang digunakan dalam pembangunan delapan benteng era Van den Bosch berasal dari pekerja paksa dan tahanan.
Pekerja paksa ini adalah kuli yang merupakan buruh tani Jawa yang dikontrak selama 10 bulan, dan berasal dari desa sekitar lokasi pembangunan.
Benteng Van den Bosch punya kasus unik. Lahan itu berada di kawasan penduduk. Karena terdapat sungai yang menghubungkan Surakarta dan Surabaya, Pemerintah menggusur pemukim desa.
BACA JUGA:Fujian Tulou, Jejak Benteng Kekaisaran Tiongkok, Hunian Komunal Miliki 400 Hunian Kamar
Pekerja untuk benteng di Ngawi ini disediakan oleh Residen Kediri, Jepara, Rembang, Madiun, dan Surakarta yang diminta Pemerintah Hindia Belanda. Para kuli ini tinggal di gubuk-gubuk semi-permanen di sekitar proyek pembangunan.
Hingga saat ini, kedelapan benteng tersebut masih berdiri gagah. Hal yang ditakutkan Van den Bosch akan invasi Inggris ke Jawa tidak kunjung muncul.
Setelah berdiri, benteng ini kebanyakan digunakan sebagai basis operasi militer terhadap perlawanan yang muncul seantero Jawa. (*)
https://nationalgeographic.grid.id/read/134065286/riwayat-benteng-benteng-jawa-berdiri-karena-ketakutan-hindia-belanda