PAGARALAMPOS.COM - Di penghujung Desember 1829, telah jelas bagi Pangeran Diponegoro bahwa Belanda sudah menang perang.
Apalagi pada bulan sebelumnya, Diponegoro menyatakan kepada Mangkubumi bahwa perjuangannya akan sia-sia belaka bila diteruskan.
Berkali-kali utusan Jenderal De Kock datang membujuk Diponegoro. Dirinya memberikan beberapa opsi untuk melunakkan hati sang pangeran.
Misalnya agar Keraton Yogya dibagi menjadi tiga wilayah hingga menawarkan Diponegoro wilayah kerajaan sendiri.
BACA JUGA:Gali Hotel! Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah di Bawah Hotel!
BACA JUGA:Keragaman Suku Bangsa Arab, Simak Sejarah dan Kisah Pertemuan dengan Rasulullah SAW
Banyak orang bertanya-tanya mengapa Pangeran Diponegoro dengan mudahnya ditipu oleh Jenderal De Kock untuk datang ke Wisma Warga Magelang untuk berunding dan akhirnya tertangkap dengan begitu mudahnya?
Bahkan, nenek moyang Diponegoro seperti Sultan Mangkubumi dan Mas Said berhati-hati jika Belanda mengajak mereka berunding untuk menyelesaikan perang.
Memang Sultan Mangkubumi sangat curiga dengan sikap Belanda yang mengajaknya berunding.
Sultan Mangkubumi paham betul bahwa penjajah Belanda selalu bertindak licik dan menggunakan muslihat untuk menangkap pangeran-pangeran yang melawan.=
BACA JUGA:Perjalanan Sejarah, Jejak Kerajaan di Tengah Kehidupan 5 Suku Sulawesi Utara
BACA JUGA:Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah 600 Tahun di Bawah Galian Hotel Mewah
Pangeran Diponegoro atau Raden Ontowiryo adalah putra tertua dari Sultan Hamengkubuwana III dan seorang pahlawan nasional Republik Indonesia yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda.
Perang Diponegoro dimulai pada 20 Juli 1825, ketika pasukan Belanda datang ke Tegalrejo untuk menangkapnya.
Hal itu membuat Pangeran Diponegoro berusaha melakukan perlawanan dengan berbagai bentuk berikut: Melakukan perang gerilya, Melakukan perlawanan besar-besaran ketika musim hujan.