VOC mulai meninggalkan kebiasaan membangun dengan bahan seadanya. Iklim membuat benteng berbahan kayu, batu, dan tanah dapat dengan mudah rapuh dimakan rayap.
Bahan-bahannya diganti dengan batu dan kapur. Pembangunannya mengandalkan pekerja yang diberikan oleh penguasa-penguasa lokal.
Kemudahan administrasi
Benteng adalah ide cemerlang dalam penguasaan jalur perdagangan sejarah dunia. Fungsinya sebagai pos administratif dan komersial yang membuat perdagangan laut lebih efisien daripada daratan.
Pada Abad Pertengahan, pelbagai negara-negara di dunia mengandalkan Jalur Sutra untuk berdagang barang eksotis.
Jalur Sutra yang melintasi Asia Tengah ini sempat terjamin, berkat dimonopoli Kekaisaran Mongol, sehingga proses administrasi berjalan lebih lancar dari sebelumnya. Periode ini disebut sebagai Pax Mongolica yang pernah dibahas di artikel sebelumnya.
Akan tetapi, setelah Kekaisaran Mongol terpecah-pecah dan runtuh pada abad ke-15. Sejarah dunia berubah dengan kehadiran kerajaan-kerajaan baru.
Sehingga administrasi perdagangan sulit lagi. Penguasa-penguasa sempat dapat menarik pajak yang tinggi, sehingga harga komoditas terlampau mahal.
Memasuki era penjelajahan, negara-negara Eropa membangun benteng untuk memudahkan administrasi ini.
BACA JUGA:Memiliki Ritual Unik, Inilah Daftar 5 Upacara Adat Suku Maluku Yang Terkenal!
VOC sendiri mengandalkan benteng-benteng mereka untuk menjaga pemasukan tetap masuk ke dalam kas, dan menstabilkan harga komoditas setibanya di Eropa.
Masalahnya, benteng beragam fungsi seperti ini rentan secara militer. Gudang besar, lumbung, ruang-ruang lainnya, memakan tempat bagi persiapan.
Belum lagi, VOC sangat rentan pada benteng-benteng tertentu seperti Benteng Oranje yang terlalu dekat dengan penduduk Maluku, sehingga sulit untuk membangun parit pertahanan.
Setelah menguasai kepulauan rempah-rempah di Asia Tenggara, VOC memilih untuk menjadikan Maluku sebagai pos-pos terluar.