BACA JUGA:Mengupas Sejarah, Talut dan Umpak sebagai Pondasi Kokoh Bangunan Era Majapahit
Mereka kemudian membandingkan nilai terendah yang disimulasikan yang terbentuk di setiap pengujian dengan lubang di kehidupan nyata.
Keenam model yang paling baik mensimulasikan geoid rendah yang sebenarnya memiliki satu fitur yang sama yakni gumpalan magma panas dengan kepadatan rendah yang naik untuk menggantikan material dengan kepadatan lebih tinggi di bawah yang rendah, mengurangi massa wilayah, dan melemahkan gravitasinya.
Gumpalan ini adalah semburan batuan mantel yang berasal dari gangguan 600 mil (1.000 km) barat di bawah Afrika.
Dikenal sebagai "gumpalan Afrika", gelembung padat dari material yang mengkristal di dalam mantel Afrika berukuran sebesar benua dan 100 kali lebih tinggi dari Gunung Everest.
BACA JUGA: Garuda Muda Membuat Bangga, Erick Thohir Banjir Komentar di Instagram Pasca Laga Bersejarah
BACA JUGA:Jejal Pemukiman Prasejarah, Menjadikanya Kota-Kota Pertama di Dunia
Bagaimana Lubang Gravitasi Bisa Muncul?
Peneliti berpendapat bahwa munculnya lubang gravitasi bisa ditelusuri dari "lempengan Tethyan" atau sisa-sisa dasar laut dari samudra purba Tethys, yang ada di antara benua super Laurasia dan Gondwana lebih dari 200 juta tahun yang lalu.
Menurut peneliti, setelah lempeng India terputus dari Gondwana untuk bertabrakan dengan lempeng Eurasia, ia melewati lempeng Tethys, kemudian mendorongnya ke bawah lempeng India.
Saat didorong ke dalam mantel dekat Afrika Timur modern, potongan-potongan Samudra Tethys kuno yang hancur perlahan mulai tenggelam lebih dalam ke mantel bawah.
BACA JUGA:Sejarah Dinasti Abbasiyah Kembangkan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban
BACA JUGA:Eksplorasi Kota Muslim Kuno di Ethiopia: Menyelami Sejarah Awal Islam di Benua Afrika
Akhirnya, sekitar 20 juta tahun yang lalu, lempeng Tethyan yang tenggelam menggantikan beberapa magma yang terperangkap di gumpalan Afrika untuk membentuk gumpalan.
"Gumpalan ini, bersama dengan struktur mantel di sekitar geoid rendah, bertanggung jawab atas pembentukan anomali geoid negatif ini," tulis para peneliti.
Untuk mengkonfirmasi prediksi para peneliti, para ilmuwan memiliki pekerjaan untuk mengungkap keberadaan semburan menggunakan data gempa Bumi yang dikumpulkan dari sekitar geoid rendah.