Sebagian besar sisa-sisa fisik mereka telah hilang, namun keduanya berhasil menemukan ulna kiri, radius kiri, kedua humeri, kedua tulang paha, dan bagian tulang kaki bagian bawah yang terfragmentasi.
BACA JUGA:Menenal Sejarah Bharatayudha: Kisah Perang Antar Saudara Pandawa dan Kurawa yang Melegenda
BACA JUGA:Eksplorasi Misteri Sejarah di Bukit Payung, Mengungkap Jejak Purba di Kaki Gunung Sumbing
Meskipun teori konspirasi tentang " ras raksasa yang telah lama hilang" masih beredar di abad ke-21, klaim penemuan kerangka humanoid raksasa di Ekuador baru-baru ini perlu dikaji ulang.
Antropolog Nicholas Landol dalam studinya menemukan bahwa perkiraan tinggi badan individu dari "raksasa Julcuy" yang digali pada tahun 2019 terlalu berlebihan.
Sisa-sisa kerangka ditemukan oleh ahli geologi Theofilos Toulkeridis dan arkeolog Florencio Delgado di dekat desa Julcuy di provinsi Manabí, Ekuador.
Diperkirakan individu tersebut hidup antara tahun 1200 hingga 1600 M.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Perkereta Apian Indonesia! Inilah Sekilas Jejak Museum Kereta Api Ambarawa
BACA JUGA:Mengenal Jejak Sejarah Berdirinya Museum Kereta Api Ambarawa
Hanya beberapa bagian tulang yang ditemukan, termasuk ulna kiri, radius kiri, kedua humeri, kedua tulang paha, dan bagian tulang kaki bagian bawah yang terfragmentasi. Serial dokumenter Code of the Wild menayangkan episode berjudul "Lost Race of Giants" yang menampilkan wawancara dengan Delgado dan Toulkeridis.
Tinggi individu diperkirakan mencapai 2,1 meter (7 kaki) saat masih hidup, angka yang tidak biasa untuk periode 5.000 tahun lalu.
Film dokumenter tersebut juga mewawancarai masyarakat Pribumi Sarasaca tentang tradisi lisan mereka tentang raksasa kanibal.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dari Penemuan Kapak Tangan Purba yang Berusia 200 Ribu Tahun di Utara Arab Saudi
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Peradaban Melalui Temuan Kerangka Manusia Tertua di Vietnam
Landol mempertanyakan metode pengukuran tulang yang digunakan, yang hanya melibatkan pita pengukur.
Teknik ini dapat menghasilkan kesalahan karena proses taphonomic (penguraian) yang terjadi pada jenazah.