Rumah Baghi memiliki tiga ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Selain ukuran, corak dan ornamen rumah juga menjadi indikator status sosial.
Proses pembuatan Rumah Baghi juga mencerminkan kekayaan budaya dan kepercayaan masyarakat Besemah.
Ada dua versi mengenai asal-usul kayu pulai sebagai bahan utamanya.
BACA JUGA:Sinopsis Drama Crash Course in Romance, Romansa Guru dan Mantan Atlet, Nonton Yuk
BACA JUGA:Yuk intip Sinopsis Poong the Joseon Psychiatrist, Tabib Istana Jadi Psikiater
BACA JUGA:Mencekam! Berikut Sinopsis Anak Titipan Setan, Terjerat Perjanjian Dengan Iblis
Versi pertama mengatakan bahwa kayu pulai dibawa oleh roh halus, sementara versi lainnya menyebutkan bahwa hewan ternak seperti sapi atau kerbau membantu dalam proses pengumpulan kayu.
Meski telah berumur ratusan tahun, Rumah Baghi di Desa Tegur Wangi tetap berdiri kokoh.
Hal ini menjadi bukti nyata dari kecintaan dan upaya melestarikan warisan budaya oleh masyarakat Besemah.
Namun, peran pemerintah daerah dan dukungan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk menjaga dan melestarikan salah satu kebudayaan nusantara yang adiluhung ini. *