Beliau sering dimintai pendapat, beliau pernah menjadi mediator pada konflik di dalam kesultanan demak dan ini merupakan masalah yang cukup rumi.
Namun dengan kebijakannya beliau dapat menyelesaikan konflik tersebut dengan pernyataan nya yang bijak.
Kebijakannya itulah yang membuat Sunan Muria dihormati oleh banyak orang.
Selain berdakwah di daerah Gunung Muria, beliau juga berdakwah di berbagai wilayah seperti Kudus, Juwana dan Tayu.
Selama berdakwah beliau selalu naik turun gunung dengan jarak 750m.
Sunan Muria mengajarkan kebaikan dan ketauhidan kepada Allah SWT melalui gamelan, tambang serta wayang.
BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Mengusir Hindia Belanda, Cek
Karena mayoritas di daerah Sunan Muria adalah Hindu-Budha, lalu Sunan Muria melakukan pendekatan dengan memasukan sejarah islam dalam budaya jawa.
Berbagai budaya Hindu-Budha dimodifikasi dengan ajaran islam, salah satunya adalah budaya “sesajen”.
Sesajen merupakan kegiatan memberi makanan kepada arwah leluhur.
Tradisi ini kemudian diubah oleh Sunan Muria dengan memberikan makanan kepada masyarakat dengan mengundang masyarakat untuk mengaji dan berdoa untuk arwah orang muslim yang sudah mendahului untuk ketenangannya.
BACA JUGA:Kerangka Manusia Ditemukan di Kapal Perang yang Dijuluki Titatic Kuno
Hidangan makanan juga diberikan kepada masyarakat yang telah datang ke pengajian.
Selain untuk mengubah tradisi, tujuan memberikan makanan ke masyarakat juga agar mereka lebih makmur dan sejahtera.
Sunan Muria juga selalu menjunjung tinggi toleransi terhadap tradisi jawa yang saat itu.
Masyarakat saat itu sangat kuat menjalani tradisi Jawa. sehingga Islam membutuhkan waktu lama untuk memasuki daerah Jawa.