PAGARALAMPOS.COM - Di balik keindahan alamnya yang menawan, Gunung Muria menyimpan berbagai misteri yang belum banyak diketahui.
Dari cerita rakyat hingga penemuan arkeologis yang menarik, gunung ini menawarkan sisi yang tak terduga dari kekayaan budaya dan alamnya. Mari kita eksplorasi beberapa aspek menarik yang menyelimuti Gunung Muria, tempat yang menarik perhatian para peneliti dan petualang.
Beberapa teori mengindikasikan bahwa sebuah peradaban besar mungkin pernah ada di wilayah sekitar Samudra Pasifik, termasuk Indonesia.
Meskipun teori ini bersifat spekulatif dan tidak didukung oleh bukti konkret, cerita-cerita seperti ini tetap menjadi bagian dari budaya dan sejarah setempat, menambah kekayaan warisan budaya Indonesia.
BACA JUGA:Lagi Booming di Bandung, 9 Wisata Hits di 2024
BACA JUGA:Menelusuri Bendungan Kuningan: Wisata Keluarga di Jawa Barat yang Menawan
Pada tahun 2013, Jawa Tengah dinyatakan sebagai provinsi perdamaian oleh Komite Perdamaian Dunia, yang didasarkan pada keyakinan bahwa daerah ini adalah tempat berkembangnya peradaban Lemuria. Peradaban kuno ini dikatakan ada sebelum Atlantis, sekitar 75.000 SM hingga 11.000 SM.
Djuyoto Suntani, Presiden Komite Perdamaian Dunia, bahkan mengklaim bahwa pusat peradaban Lemuria mungkin terletak di Gunung Muria.
Legenda ini juga terkait dengan Putri Shima dan Kerajaan Kalingga/Medang Kamulyan, yang wilayahnya mencakup Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Semarang, Gunung Rahwatu (Muria), serta Pati, Rembang, dan Karimun Jawa.
Namun, hingga saat ini, informasi pasti mengenai Lemuria sebagai leluhur orang Jawa dari Gunung Muria masih sangat terbatas.
BACA JUGA:Pesona Alam Bandar Lampung: 5 Tempat Wisata dengan Pemandangan yang Mengagumkan
BACA JUGA:Rasakan Kesegaran Maksimal di 8 Destinasi Wisata Air Terbaik Bandung
Sementara itu, Kabupaten Kudus, yang terletak di Jawa Tengah, menawarkan sejumlah objek wisata menarik. Salah satunya adalah Air Tiga Rasa, sebuah sumber mata air keramat di Desa Japan, Kecamatan Dawe.
Sumber mata air ini ditemukan secara kebetulan pada tahun 1985 oleh seorang pemuka agama lokal, Maskad Cakra Anbiya, bersama jamaahnya di sekitar kaki Gunung Muria.
Air Tiga Rasa memiliki tiga sumber mata air dengan rasa yang berbeda-beda. Ketika dicampur, rasanya menjadi tawar, tetapi perbedaan rasa ini dapat bervariasi menurut orang yang mencicipinya.