Ritual ini bertujuan untuk menyempurnakan kematian dan mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam baka, yaitu Ranying Hatalla Langit, tempat tinggal Sang Pencipta.
BACA JUGA:ksplorasi Kuliner Jambi: Hidangan Tradisional yang Menggugah Selera dan Kaya Rasa
Tiwah biasanya dilakukan beberapa bulan atau tahun setelah kematian, tergantung dari kemampuan keluarga untuk mengumpulkan biaya dan persiapan.
Jenazah yang sebelumnya dikubur sementara akan diambil dan dibakar di tempat yang disebut sandung.
Abu jenazah kemudian akan dimasukkan ke dalam peti yang disebut sapundu, yang ditempatkan di halaman rumah atau di hutan.
Sapundu juga dihiasi dengan ukiran dan patung yang melambangkan karakter dan status sosial orang yang meninggal.
BACA JUGA:Film Mulan, Prajurit Wanita Yang Tangguh yang Harus Menentang Tradisi
Selama ritual, keluarga dan kerabat akan melakukan berbagai upacara, seperti menyembelih hewan, menari, bernyanyi, dan memberi sesaji.
Makna dari tradisi ini adalah untuk melepaskan ikatan duniawi dan mengharmoniskan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
3. Tradisi Potong Jari di Papua
Tradisi potong jari adalah salah satu tradisi yang paling ekstrem dan menyakitkan yang dilakukan oleh beberapa suku di Papua, seperti suku Dani, Yali, dan Lani.
Tradisi ini dilakukan oleh wanita yang kehilangan suami, anak, atau kerabat dekat akibat perang atau penyakit.
Mereka akan memotong salah satu atau beberapa jari tangan mereka sebagai bentuk kesedihan dan pengorbanan. Jari yang dipotong akan dibakar atau dikubur bersama jenazah.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada orang yang meninggal, serta untuk mencegah roh jahat datang dan mengganggu keluarga yang ditinggalkan.
Tradisi ini juga dianggap sebagai cara untuk mengurangi jumlah peperangan, karena setiap kematian akan menimbulkan rasa sakit bagi keluarga yang berduka.