Namun, upaya Dr. Jose Rizal tidak berhasil, karena Field Museum of Natural History menolak permintaannya dengan alasan bahwa Tara Emas adalah milik mereka yang sah, dan bahwa mereka telah membayar harga yang pantas untuk mendapatkannya.
BACA JUGA:Mengenal Sunan Drajat: Jejak Spiritual dan Peninggalan Budaya di Lamongan
Field Museum of Natural History juga berpendapat bahwa Tara Emas lebih aman dan terawat di museum mereka, daripada di Filipina yang saat itu masih berada di bawah penjajahan Amerika Serikat.
Upaya pemulangan Tara Emas terus berlanjut hingga masa kemerdekaan Filipina pada tahun 1946.
Beberapa tokoh dan organisasi yang terlibat dalam upaya ini antara lain adalah Presiden Manuel Quezon, Presiden Ramon Magsaysay, Senat Filipina, Komisi Sejarah Nasional Filipina, dan Asosiasi Sejarawan Filipina.
Mereka semua mengirimkan surat, resolusi, atau petisi kepada Field Museum of Natural History, pemerintah Amerika Serikat, atau Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mendesak agar Tara Emas dikembalikan ke Filipina.
BACA JUGA:Mengulik 3 Misteri Candi Gedong Songo Peninggalan Mataram Kuno
Namun, upaya-upaya tersebut juga tidak membuahkan hasil, karena Field Museum of Natural History tetap bersikukuh untuk mempertahankan Tara Emas sebagai koleksi mereka.
Mereka bahkan mengklaim bahwa Tara Emas bukanlah berasal dari Filipina, melainkan dari India atau Sri Lanka, dan bahwa mereka telah melakukan penelitian ilmiah yang mendukung klaim mereka.
Mereka juga mengatakan bahwa Tara Emas adalah milik umat manusia, dan bahwa mereka telah memberikan kontribusi besar untuk mempromosikan dan melestarikan Tara Emas kepada dunia.
Upaya pemulangan Tara Emas masih berlangsung hingga saat ini, meskipun dengan intensitas yang berkurang.
BACA JUGA:Siapa Nama Raja yang Memimpin Kerajaan Majapahit Pada Masa Kejayaannya? Cus Di Baca!
Beberapa pihak yang masih berjuang untuk memulangkan Tara Emas antara lain adalah Dr. Florina Capistrano-Baker, seorang kurator dan peneliti dari Filipina yang telah menulis beberapa buku dan artikel tentang Tara Emas, Dr. Rolando Borrinaga, seorang sejarawan dan profesor dari Filipina yang telah menginisiasi gerakan online untuk memulangkan Tara Emas, dan Dr. Carlos Madrid, seorang antropolog dan direktur dari Instituto Cervantes de Manila, sebuah lembaga kebudayaan Spanyol di Filipina yang telah mengadakan pameran dan seminar tentang Tara Emas.
Mereka semua berharap bahwa suatu hari nanti, Tara Emas dapat kembali ke Filipina, dan menjadi saksi mata dari sejarah dan kebudayaan bangsa Filipina.
Mereka juga berharap bahwa Tara Emas dapat menjadi simbol dari persahabatan dan kerjasama antara Filipina dan Amerika Serikat, serta antara Filipina dan negara-negara lain di Nusantara.***