Salah satu sumber sejarah yang menyebutkan hubungan antara Majapahit dan Filipina adalah Nagarakretagama, sebuah puisi epik yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365.
BACA JUGA:Situs Gunung Padang, Peninggalan Bersejarah Dengan Struktur Bangunan Unik Dan Tertua Di Dunia!
Dalam puisi ini, disebutkan bahwa Majapahit memiliki beberapa wilayah bawahan atau sekutu di Filipina, seperti Saludong (Manila), Solot (Sulu), dan Pailah (Pangasinan).
Selain itu, hubungan antara Majapahit dan Filipina juga dapat dilihat dari penyebaran budaya dan agama Hindu-Buddha di Filipina.
Banyak artefak, candi, dan prasasti yang menunjukkan adanya pengaruh Hindu-Buddha di Filipina, seperti Candi Cebu, Prasasti Laguna, dan Prasasti Butuan.
Budaya dan agama Hindu-Buddha ini kemungkinan dibawa oleh para pedagang, utusan, atau misionaris dari Majapahit yang datang ke Filipina.
BACA JUGA:5 Senjata Tradisional Khas Suku Jambi, Peninggalan Bersejarah Dari Zaman Kerajaan!
Tara Emas sendiri diduga berasal dari zaman Majapahit, berdasarkan gaya seni dan tipologi yang dimilikinya.
Beberapa ahli, seperti H. Otley Beyer dan F.D.K. Bosch, mengatakan bahwa Tara Emas adalah tiruan dari sebuah citra Nganjuk dari zaman Majapahit awal.
Citra Nganjuk adalah sebuah citra batu yang menggambarkan Dewi Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan dalam agama Buddha.
Tara Emas memiliki beberapa kesamaan dengan citra Nganjuk, seperti bentuk tubuh, posisi tangan, dan atribut perhiasan.
Namun, Tara Emas juga memiliki beberapa perbedaan, seperti bentuk wajah, rambut, dan mata.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian atau penyesuaian dari para seniman lokal yang meniru citra Nganjuk.
Tara Emas kemungkinan dibuat oleh para penambang Jawa yang diketahui telah menambang emas di daerah Agusan-Surigao pada abad ke-14.
Para penambang Jawa ini mungkin membawa citra Nganjuk sebagai benda suci atau perlindungan saat mereka berlayar ke Filipina.