Pernah Menjadi Residivis di Era Kolonial Belanda, Beginilah Kisah Ki Samin Surosentiko Mendirikan Suku Samin

Sabtu 09-03-2024,04:03 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Saat menyebut "Suku Samin", kita tidak hanya mengacu pada sekadar sekelompok masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Di balik nama mereka tersembunyi kisah perlawanan, keberanian, dan kebijaksanaan dalam menghadapi penindasan. 

Mari kita mengulas lebih dalam tentang keberanian serta kekayaan budaya dari Suku Samin yang telah bertahan hingga kini.

Asal Mula dan Ajaran Saminisme

Suku Samin berasal dari seorang penduduk bernama Ki Samin Surosentiko, lahir pada tahun 1859 di Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. 

BACA JUGA:Ragam Budaya! Inilah 5 Ritual Adat Suku Dayak! Penghormatan Roh Alam Hingga Pengantaran Jenazah dengan Cara Be

Di era pemerintahan kolonial Belanda, Samin dianggap sebagai residivis, atau penjahat yang sering keluar-masuk penjara. 

Namun, di balik label tersebut, Samin adalah seorang pemberani yang menentang sistem pemerintahan yang menindas dan memeras rakyat.

Ajaran Saminisme yang disebarkan oleh Ki Samin Surosentiko mengusung nilai-nilai sederhana, kedamaian, dan sikap saling menolong. 

Ungkapan-ungkapan khas Samin seperti nrimo (sabar menerima), rilo (ikhlas), trokal (kerja keras), dan narimo (menerima dengan ikhlas anugerah sang pencipta) merefleksikan nilai-nilai adat masyarakat yang dijunjung tinggi.

BACA JUGA:Memahami Prosedur Pernikahan dengan Gadis Suku Dayak, Apa Saja Syarat dan Larangannya?

Perlawanan Tanpa Kekerasan

Pengikut Samin, yang dikenal sebagai Sedulur Sikep, adalah saudara yang memiliki senjata tanpa kekerasan. 

Mereka melakukan perlawanan terhadap penindasan Belanda dengan cara menolak membayar pajak, menanam tanaman yang tidak diinginkan Belanda, dan menolak mengikuti peraturan-peraturan kolonial. 

Meskipun sering ditangkap, dihukum, bahkan diasingkan oleh Belanda, semangat mereka untuk mempertahankan ajaran Samin tidak pernah padam.

Kategori :