Menelusuri Jejak Sejarah Puyang Rejang Lebong dan Suku Rejang, Simak Disini Selengkanya!

Kamis 25-07-2024,21:05 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Almi

BACA JUGA:Misteri Batu Megalitikum Lahat, Benarkah Karya Manusia Prasejarah Atau Kutukan Si Pahit Lidah?

Namun, Belanda kemudian memaksakan kebijakan monopoli perdagangan dan pajak yang memberatkan masyarakat Suku Rejang. 

Hal ini menimbulkan perlawanan dari masyarakat Suku Rejang yang dipimpin oleh Tuwi Kutei, yaitu kepala kutai yang dipilih berdasarkan garis keturunan petulai (kesatuan kekeluargaan masyarakat asli Suku Rejang). 

Perlawanan ini berlangsung selama 10 tahun, dari tahun 1860 hingga 1870, dan dikenal sebagai Perang Rejang.

Budaya dan Tradisi Suku Rejang

Suku Rejang memiliki budaya dan tradisi yang kaya dan beragam. 

BACA JUGA:Dari Batu Menangis Hingga Terowongan Bersejarah, Inilah 5 Misteri Yang Menyelimuti Kabupaten Lahat

Salah satu budaya yang menarik adalah aksara kaganga, yaitu aksara suku Rejang yang diketahui menjadi salah satu khazanah budaya Indonesia yang tertua di dunia. 

Aksara kaganga digunakan untuk berkomunikasi dan bertukar informasi, serta untuk menulis sastra dan sejarah suku Rejang. 

Aksara kaganga memiliki 18 huruf konsonan dan 6 huruf vokal, serta beberapa tanda baca dan diakritik. 

Aksara kaganga ditulis dari kiri ke kanan, dan biasanya ditulis di atas daun lontar, bambu, atau kertas.

BACA JUGA:Arti Nama 'Tanjung Sakti' di Kabupaten Lahat, Begini Sejarahnya Dari Abad ke-17 Hingga Era Modern

Selain aksara kaganga, suku Rejang juga memiliki seni dan tari yang indah dan menggambarkan kehidupan masyarakatnya. 

Salah satu tari tradisional suku Rejang yang terkenal adalah tari kejei, yang ditampilkan saat melakukan penyambutan pejabat atau pengantin secara adat. 

Tari kejei melibatkan banyak penari, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengenakan pakaian adat suku Rejang yang berwarna-warni. 

Penari laki-laki membawa pedang atau tombak, sedangkan penari perempuan membawa kipas atau selendang. 

Kategori :