Bait terakhir dalam ramalan Jayabaya, yaitu:
BACA JUGA:Fakta Unik Candi Arjuna, Situs Bersejarah Di Ketinggian 2.093 Meter!
BACA JUGA:10 Makanan Oriental Dan Lezat Yang Berasal Dari Berbagai Negara Di Dunia, Indonesia Ada Ga Ya?
nglurug tanpa bala, yen menang tan ngasorake liyan, para kawula padha suka-suka, marga adiling pangeran wus teka, ratune nyembah kawula, angagem trisula wedha, para pandhita hiya padha muja, hiya iku momongane kaki Sabdopalon, sing wis adu wirang nanging kondhang, genaha kacetha kanthi njingglang, nora ana wong ngresula kurang, hiya iku tandane kalabendu wis minger, centi wektu jejering kalamukti, andayani indering jagad raya, padha asung bhekti,
Diketahui dalam kumpulan bait terakhir Ramalan Jayabaya, yang mencakup bait 140 hingga 173, digambarkan serangkaian peristiwa dan situasi yang potensial di masa depan yang dapat menggambarkan kondisi masyarakat dan perubahan sosial yang signifikan.
Dari Bait-bait ini mengeksplorasi berbagai tema, termasuk ketakutan akan ketidakpastian, perubahan sosial, dan perubahan nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Jawa.
BACA JUGA:Menelusuri Keindahan Tersembunyi di Pulau Bangka Belitung
BACA JUGA:Mengenal 4 Senjata Khas Sumatera Selatan yang Cocok Untuk Bertani!
Dalam lanjutannya, bait-bait ini mencerminkan perubahan yang tak terhindarkan dalam masyarakat yang dapat memunculkan masa sulit di mana banyak orang mungkin akan mengalami penderitaan dan ketidakadilan.
Di tengah ketidakpastian ini, pesan-pesan mendasar tentang kesetiaan, moralitas, dan integritas diulang-ulang sebagai pedoman yang harus dipegang teguh.
Simbol trisula wedha digunakan untuk menggambarkan kekuatan spiritual dan kebijaksanaan yang diharapkan dapat membimbing manusia melewati tantangan-tantangan ini. Semoga Bermanfaat!