BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Florawisata San Terra di Malang, Wisata dengan Beragam Spot Foto Keren!
BACA JUGA:Pulau Bawean Mempesona, 6 Lokasi Wisata yang Cocok Untuk Melepas Penat yang Punya Landskape Eksotis
Namun, hal ini tidak pernah terbukti secara pasti, dan masih menjadi misteri hingga kini.
Praktik kanibalisme suku Asmat mulai berkurang sejak tahun 1970-an, karena pengaruh dari pemerintah, misionaris, dan modernisasi.
Suku Dani
Suku Dani adalah suku yang tinggal di dataran tinggi Papua, di sekitar Lembah Baliem. Suku ini memiliki populasi sekitar 250.000 orang, dan terbagi menjadi beberapa sub-suku.
Suku Dani dikenal karena tradisi perang antar suku, yang sering terjadi karena persaingan sumber daya, tanah, atau wanita.
BACA JUGA:Wisata Hits Jogja Tahun 2024, 6 Lokasi Ini Wajib Kamu Kunjungi Untuk Melepas Penat
BACA JUGA:Gunung Argopuro, Destinasi Wisata yang Punta Jalur Pendakian Terpanjang di Jawa
Suku Dani juga pernah melakukan tradisi kanibalisme, yang terkait dengan ritual perang dan penghormatan kepada orang mati.
Suku Dani percaya bahwa dengan memakan daging musuh yang tewas dalam perang, mereka dapat menghina dan menghancurkan roh mereka.
Selain itu, mereka juga percaya bahwa dengan memakan daging anggota keluarga yang meninggal, mereka dapat menunjukkan rasa sayang dan mengenang mereka.
Praktik kanibalisme suku Dani terakhir kali terjadi pada tahun 1968, ketika seorang pria bernama Yali dibunuh dan dimakan oleh suku Dani karena dianggap sebagai mata-mata.
BACA JUGA:5 Upacara Adat Papua, Inilah Keunikan Tradisi Perkawinan Suku Biak Yang Masi Ada Hingga Sekarang
Namun, sejak itu, praktik ini sudah tidak dilakukan lagi, karena larangan dari pemerintah dan pengaruh dari agama Kristen.
Suku Tolai