Misalnya, ketika mereka mengalami kekeringan yang berkepanjangan, mereka akan melakukan ritual Paturuan Sibaso untuk meminta hujan.
BACA JUGA:Unik dan Menarik! Yuk Simak Tradisi Upacara Adat di Maluku yang Masih Tetap Dilestarikan
Sebaliknya, ketika mereka mengalami banjir yang merusak tanaman dan rumah, mereka akan melakukan ritual Paturuan Sibaso untuk menghentikan hujan.
Selain itu, ritual Paturuan Sibaso juga dilakukan untuk mengatasi wabah penyakit, bencana alam, atau konflik sosial yang terjadi di masyarakat Mandailing.
Dengan meminta pertolongan roh nenek moyang, mereka berharap bisa mendapatkan perlindungan, kesembuhan, atau kedamaian.
Apa makna dan nilai Paturuan Sibaso?
Ritual Paturuan Sibaso memiliki makna dan nilai yang penting bagi masyarakat Mandailing.
BACA JUGA:Wisata Spiritual, Fakta Sejarah Pura Luhur Giri Arjuno Tempat Ibadat Umat Hindu di Batu Malang
Ritual ini menunjukkan rasa hormat dan penghormatan mereka kepada nenek moyang yang telah meninggal, dan yang dianggap sebagai sumber kekuatan dan kearifan.
Ritual ini juga menunjukkan rasa solidaritas dan gotong royong mereka dalam menghadapi masalah bersama.
Ritual Paturuan Sibaso juga merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya dan tradisi Mandailing, yang kaya akan seni dan sastra.
Gordang Sambilan, sebagai alat musik khas Mandailing, memiliki nilai estetika dan artistik yang tinggi.
BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Unik di Indonesia, Dari Ritual Kontroversial hingga Adat yang Membingungkan
Gordang Sambilan juga memiliki fungsi sosial dan religius, sebagai pengiring tarian, upacara perkawinan, atau upacara kematian.
Ritual Paturuan Sibaso, meskipun sudah jarang dilakukan, tetap menjadi bagian dari identitas dan warisan budaya Mandailing.
Ritual ini menjadi salah satu bukti bahwa Mandailing memiliki kebudayaan yang unik dan beragam, yang patut dilestarikan dan dihargai.***