BACA JUGA:Catat! Ternyata Begini Tips Menikah dengan Gadis Suku Dayak: Syarat, Tradisi, dan Larangan
- Pembersihan negeri: Masyarakat membersihkan rumah, jalan, dan tempat-tempat umum dari sampah dan kotoran.
- Naik ke gunung Sirimaa: Masyarakat berjalan kaki menuju gunung Sirimaa, tempat bersemayamnya leluhur. Di sana, mereka melakukan doa, nyanyian, dan tarian adat, serta mempersembahkan sesaji berupa makanan dan minuman.
- Upacara adat cuci negeri: Masyarakat berkumpul di lapangan desa, dan melakukan ritual cuci air. Air yang digunakan berasal dari sungai yang telah disucikan dengan doa dan sesaji. Air tersebut disiramkan ke kepala, tangan, dan kaki masing-masing orang, sebagai lambang pembersihan diri dari dosa dan kesalahan.
- Cuci air: Masyarakat menuju ke pantai, dan mandi bersama di laut. Laut dipercaya sebagai sumber kehidupan dan kesejahteraan. Mandi di laut juga merupakan simbol penyucian diri dari pengaruh jahat dan penyakit.
- Masuk kain gandong: Masyarakat kembali ke desa, dan mengenakan kain gandong, yaitu kain adat yang berwarna merah dan putih. Kain gandong melambangkan persaudaraan dan persatuan. Masyarakat kemudian berjabat tangan dan memeluk satu sama lain, sebagai tanda damai dan saling menghormati.
BACA JUGA:ksplorasi Kuliner Jambi: Hidangan Tradisional yang Menggugah Selera dan Kaya Rasa
2. Upacara Fangnea Kidabela
Upacara fangnea kidabela adalah upacara adat yang banyak ditemukan di kawasan Kepulauan Tanimbar, di daerah Maluku Tenggara Barat. Upacara adat ini bertujuan untuk memperkokoh hubungan sosial di daerah tersebut.
Daerah Maluku Tenggara Barat memang memiliki budaya mengatur persaudaraan, dengan bentuk daun Lolat dan Kidabela. Daun Lolat ini berperan dalam mengatur hubungan sosial masyarakat, yakni antara dua desa atau lebih.
Kemudian, diwujudkan dengan bentuk kidabela, yaitu sebuah rumah adat yang menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya.
Upacara fangnea kidabela dilakukan dengan cara mengundang seluruh masyarakat yang tergabung dalam daun Lolat untuk berkumpul di rumah kidabela. Di sana, mereka melakukan berbagai kegiatan, seperti:
BACA JUGA:Film Mulan, Prajurit Wanita Yang Tangguh yang Harus Menentang Tradisi
- Menyanyikan lagu-lagu adat yang mengisahkan tentang sejarah dan asal-usul masyarakat.
- Menari tarian adat yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan masyarakat.
- Mempersembahkan makanan dan minuman adat yang khas, seperti sagu, ikan bakar, dan tuak.
- Memberikan hadiah atau sumbangan kepada pemilik rumah kidabela, sebagai tanda penghargaan dan penghormatan.
- Berbagi cerita dan pengalaman, serta saling memberi nasihat dan dukungan.
- Upacara ini sengaja dilakukan agar masyarakat tidak mudah terpecah belah dan mencegah berkonflik. Upacara ini juga menunjukkan rasa solidaritas dan gotong royong antara masyarakat.
3. Upacara Adat Sasi
Upacara adat sasi adalah upacara adat yang hampir dilaksanakan di seluruh daerah Maluku dan Papua. Upacara ini dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup.
Upacara adat sasi biasanya diterapkan untuk keberlangsungan hidup di wilayah laut. Namun, upacara adat ini juga bisa diterapkan di wilayah darat, lo. Upacara adat sasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam yang berbasis masyarakat.
Dalam tradisi sasi, ada aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Aturan tersebut berbunyi bahwa siapa pun tidak boleh memanen hasil panen sebelum waktunya.
Misalnya, jika sasi diterapkan di laut, maka masyarakat tidak boleh menangkap ikan, mengambil kerang, atau mengambil rumput laut di wilayah yang ditetapkan sebagai sasi.
BACA JUGA:Menelusuri Keberagaman Budaya: 10 Tradisi Unik dari Penjuru Dunia
Jika sasi diterapkan di darat, maka masyarakat tidak boleh menebang pohon, memetik buah, atau memanen tanaman di wilayah yang ditetapkan sebagai sasi.