Wilayah penyebaran agama Katolik dimulai dari Padang Sumatera Barat, melalui wilayah Bengkulu, dan kemudian sampai ke Tanjung Sakti.
Saat itu, Tanjung Sakti direncanakan sebagai pusat pemerintahan Bendala karena perkembangan agama Katolik begitu pesat di daerah tersebut. Meskipun saat ini jumlah jemaat mencapai sekitar 400 orang, mereka telah tersebar di Tanjung Sakti Pumi dan Pumu.
Meskipun menyimpan cerita tragedi pembantaian, Tanjung Sakti juga dikenal karena tingginya toleransi antar umat beragama.
BACA JUGA:10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Bukti Pengaruh Serta Luasnya Daerah Kekuasaan di Nusantara
BACA JUGA:5 Jenis Senjata Tradisional Suku Jambi, Diantaranya Merupakan Warisan Raja
Hal ini telah terjadi sejak zaman penjajahan hingga saat ini.
Masyarakat di Tanjung Sakti saling menghargai dan menerima kehadiran umat agama lain, baik itu umat Katolik, umat Muslim, atau yang lainnya.
Di wilayah ini, berbagai peninggalan zaman penjajahan seperti piano, buku, dan makam-makam tua masih terawat dengan baik.
BACA JUGA:10 Makanan Oriental Dan Lezat Yang Berasal Dari Berbagai Negara Di Dunia, Indonesia Ada Ga Ya?
BACA JUGA:SERU! Ini 5 Wisata Air di Lubuklinggau, Cocok Buat Uji Andrenaline Juga
Dengan tetap menghargai dan menghormati perbedaan, Tanjung Sakti telah menjadi tempat yang damai dan harmonis untuk beribadah.
Serta menjalin hubungan sosial yang baik di tengah keragaman agama.