Mengenal Sejarah Kerajaan Pertma di Pulau Jawa: Kerajaan Demak

Jumat 16-02-2024,10:55 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

BACA JUGA:Kisah Si Cantik Tribhuwana dan Gajah Mada, Ditengah Gejolak Pemberontakan Majapahit

BACA JUGA:Trobosan Terbaru Konsol Game Terpopuler dengan Harga Terjangkau di Tahun 2024

Masa pemerintahan Arya Penangsang berakhir pada tahun 1554 setelah Hadiwijaya yang dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan anaknya Sutawijaya melakukan pemberontakan.

Arya Penangsang tewas dan kedudukan Sultan Demak diduduki oleh Hadiwijaya yang memindahkan kekuasannya ke Pajang, menandai berakhirnya Kerajaan Demak.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak


--

Letak strategis di pesisir pantai Jawa membuat Demak menjadi bandar perdagangan yang maju bersama Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon dan Sunda Kelapa.

Selain perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor seperti beras dari pedalaman yang dihasilkan dari kadipaten – kadipaten seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati dan Pajang. Komoditas ini diekspor melalui jalur perdagangan internasional di Nusantara.

BACA JUGA:Pesona Pantai Puru Kambera, Surga Pantai di Sumba Timur yang Dihiasi Pohon Cemara

BACA JUGA:Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa, Sebaranya dan Peninggalannya!

Kehidupan Politik kerajaan Demak


--

Kerajaan Demak mampu mengakhiri kedigdayaan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda.

Setelah berdiri sendiri, Kerajaan Demak menempatkan adipati – adipati di daerah – daerah sebagai perpanjangan tangan Sultan.

Daerah tersebut seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun yang memiliki adipati yang sangat berpengaruh. Selama Kerajaan Demak berdiri, kerajaan ini sering bersinggungan dengan bangsa barat.

Salah satu diantaranya ketika terjadi perebutan Sunda Kelapa pada tahun 1527 dengan Portugis.

BACA JUGA:Simak Spesifikasi lengkap Nokia Alpha Ultra 2024 dengan Performa dan Fitur Terbarunya

BACA JUGA:Telusuri Fitur dan Spesifikasi Lengkap Garmin Forerunner 165, Apa yang Perlu Anda Ketahui!

Kehidupan Sosial Kerajaan Demak

Berbeda dengan kerajaan Hindu maupun Buddha, di agama Islam tidak terdapat kasta dalam kehidupan sosialnya.

Pada agama Islam juga tidak terdapat ritual – ritual yang mengeluarkan biaya layaknya yang dilakukan di agama Hindu.

Sistem sosial Kerajaan Demak bersifat egaliter, artinya terdapat kesetaraan antara rakyat dan pemimpin yang dapat dilihat ketika pelaksanaan sholat Jumat.

Peninggalan Kerajaan Demak Beberapa peninggalan Kerajaan Demak yang masih dapat ditemukan dan menjadi sumber sejarah antara lain:

BACA JUGA:Kisah Si Cantik Tribhuwana dan Gajah Mada, Ditengah Gejolak Pemberontakan Majapahit

BACA JUGA:Trobosan Terbaru Konsol Game Terpopuler dengan Harga Terjangkau di Tahun 2024

1. Masjid Agung Demak


--

Masjid Agung Demak yang diperkirakan didirikan pada tahun 1479 M adalah bangunan bersejarah yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota.

2. Soko Tatal


--

Soko Tatal adalah tiang penyangga yang terbuat dari potongan kayu sisa pembuatan dari Soko Guru. Soko Guru sendiri merupakan tiga buah tiang yang menyangga Masjid Agung Demak.

3. Situs Kolam Wudhu (Pawastren)


--

Situs Kolam Wudhu atau Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah perempuan di Masjid Agung Demak.

Situs Kolam Wudhu ini memiliki dinding yang sangat indah dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan maksurah.

4. Makam Raja-Raja Demak


--

Makam Raja-Raja Demak atau Makam Raja-Raja Kesultanan Demak berada di sisi barat laut Masjid Agung Demak yang masih berada di area kompleks masjid.

Kompleks pemakaman ini juga sering disebut masyarakat sebagai Pemakaman Kesultanan Bintoro Demak atau Kesultanan Demak.

 Tiga bangunan kuburan utama yang ada di kompleks ini adalah Makam Raden Patah (Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Panotogomo, Sultan Demak pertama), Raden Patiunus (Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak kedua), dan Dewi Murthosimah (permaisuri / istri Raden Patah).

Kategori :