PAGARALAMPOS.COM - Sejarah berdirinya masjid ini sangat menarik. Muhammad Zubir, pengurus Masjid Agung Al Falah, menuturkan masjid ini dibangun pada 1971 dan selesai 1980.
Dulunya sebelum menjadi Masjid Seribu Tiang, lokasi ini merupakan pusat Kerajaan Melayu Jambi yang dipimpin Sultan Thaha Syaifudin.
Namun pada 1885 dikuasai penjajah Belanda, lalu dijadikan pusat pemerintahan dan benteng Belanda.
BACA JUGA:Menikmati Surga Alam Pantai Drini, Destinasi Wisata Tersembunyi di Jogja Tiket Masuknya Cuman Segini
BACA JUGA:Dibalik Gaji Tinggi, Melihat Sisi Gelap 6 Profesi Paling Berbahaya di Dunia
Sampai sekarang Masjid Seribu Tiang ini menjadi ikon dari Jambi yang menarik dikunjungi. Dengan berakhirnya Kerajaan Jambi menyusul wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada tanggal 27 April 1904, Belanda berhasil menguasai wilayah Kerajaan Jambi.
Akibatnya Jambi ditetapkan sebagai tempat tinggal dan masuk dalam wilayah Nederlandsch Indie.
Residen pertama Jambi, OL Helfrich, diangkat berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No.20 tanggal 4 Mei 1906, dengan pelantikannya pada tanggal 2 Juli 1906.
Kekuasaan Pemerintahan Belanda atas Jambi berlangsung ±36 tahun hingga peralihan kekuasaan kepada pemerintah Jepang pada tanggal 9 Maret 1942.
BACA JUGA:Taukah Kamu? Inilah 9 Surga Tersembunyi yang Ada di Papua Barat
BACA JUGA:Wisata Temanggung Mempesona, 10 Tempat Liburan yang Punya Spot Foto dengan Background Alam Terbaik!
Setelah Jepang menyerah kepada sekutunya pada tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sumatera saat ini menjadi satu provinsi dengan Medan sebagai ibu kotanya dan Tuan Teuku Muhammad Hasan sebagai gubernurnya.
Pada tanggal 18 April 1946, Komite Nasional Indonesia Sumatera memutuskan Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub Provinsi, termasuk Sumatera Selatan.
Masjid Agung Al-Falah: Mengenang Sejarah Kerajaan Melayu Jambi