Dari materi presentasi Defend ID, terlihat bahwa rudal anti kapal Atmaca diproyeksikan untuk dipasang pada korvtet Fatahillah class.
BACA JUGA:Dipersenjatai Meriam Stealth Leonardo OTO Twin 40L70 Compact, Begini Penampakan KRI Surabaya 591
Sejak rudal anti kapal MM38 Exocet berstatus discontinued, ketiga korvet buatan Belanda ini praktis hanya menjalankan peran sebagai gun boat, alias korvet tanpa rudal anti kapal dan rudal hanud.
Dari aspek penempatan, rasanya tidak terlalu sulit untuk memasang peluncur Atmaca, mengingat di korvet Fatahillah class sudah ada dudukan untuk empat rudal (eks MM38).
Meski sudah beberapa kali dilakukan sejumlah modernisasi, namun dirunut dari usia, ketiga korvet Fatahillah Class – KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362 dan KRI Nala 363 sudah tak bisa dibilang muda lagi.
Pasalnya ketiga korvet buatan Wilton Fijenoord, Schiedam, Belanda ini sudah diterima Indonesia sejak 1979.
Sebelum program refurbishment dikumandangkan oleh Kemhan, ketiga korvet Fatahillah Class memang tidak direncanakan untuk dipasangi rudal anti kapal lagi.
Tak dipasanginya rudal anti kapal di korvet Fatahillah Class kemungkinan lebih kepada hal teknis, dimana tidak efektif dan efisien untuk memasang jenis rudal baru pada platform kapal yang sudah cukup tua dengan “bodi yang sudah lelah.
Parchim class
Pemasang rudal anti kapal pada korvet tua buatan Jerman Timur ini, mungkin bisa menciptakan efek deterens pada unit korvet yang kerap meronda ZEE ini.
Namun yang menjadi pertanyaan, korvet ini sedari awal tidak dirancang untuk membawa rudal anti kapal. Alhasil bila Atmaca jadi dipasang di korvet Parchim class, maka harus ada space senjata yang dikorbankan.
Melihat dari desain, maka dugaan yang akan dilepas adalah meriam laras ganda AK-725 kaliber 57 mm pada buritan.
FPB-57
Terlepas dari perbedaan dimensi dan teknis, KCR dari platform FPB-57 sudah relatif siap untuk menerima rudal anti kapal Atmaca, pasalnya jenis kapal perang ini saat ini telah mengadopsi rudal anti kapal C-802 atau C-705 buatan Cina.