Burung hantu itu menasihati Bujang Tanjung untuk melepaskan cintanya dan mengikuti jalan hidupnya sendiri.
Akhirnya, Bujang Tanjung menerima nasihat tersebut dan melepaskan cintanya pada Putri Selendang Mayang.
Dia kembali ke desanya dan menjadi seorang raja yang bijaksana. Sementara itu, Putri Selendang Mayang menikah dengan raja dari luar negeri seperti yang telah ditakdirkan.
Legenda Putri Selendang Mayang mengajarkan tentang cinta, takdir, dan pengorbanan. Cerita ini juga mencerminkan kekayaan budaya Sriwijaya dan nilai-nilai yang dihormati dalam masyarakatnya.
Kisah tentang "Pulau Emas" dan "Runtuhnya Dunia Air" dalam cerita rakyat Sriwijaya juga sangat populer. Berikut adalah versi singkat dari kisah tersebut:
Pada masa kerajaan Sriwijaya yang makmur, terdapat sebuah pulau tersembunyi yang dikenal sebagai "Pulau Emas." Pulau ini dipenuhi dengan berlian, permata, dan emas yang berkilau.
Keindahannya melebihi segala sesuatu yang pernah dilihat oleh manusia.
Raja Bumi yang Adil, penguasa Sriwijaya yang bijaksana, mendengar tentang Pulau Emas dan bermimpi membawa kekayaan dan kemakmuran dari pulau itu. Dia memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk mencari pulau tersebut.
Kapal-kapal itu berlayar menuju lokasi yang dikatakan dalam legenda. Namun, semakin dekat mereka berlayar, langit semakin gelap, dan badai mulai melanda.
Angin dan ombak yang kuat hampir menenggelamkan kapal-kapal tersebut.
Raja Bumi yang Adil kemudian menyadari bahwa tindakannya didasari oleh keserakahan, dan ia memerintahkan kapal-kapalnya untuk kembali ke Sriwijaya. Pulau itu kemudian hilang dalam kabut, dan dunia air kembali normal.
Cerita ini mengajarkan nilai-nilai kerendahan hati, penghormatan terhadap alam, serta dampak negatif dari kelalaian dan ketamakan.
Raja Bumi yang Adil belajar bahwa kebijaksanaan lebih penting daripada mengejar harta duniawi dengan mengabaikan nilai-nilai yang lebih luhur.
Kisah "Pulau Emas" yang hilang dan "Runtuhnya Dunia Air" adalah cerita rakyat yang menceritakan peristiwa fantastis dan mengandung pesan moral yang dalam dalam konteks budaya Kerajaan Sriwijaya.