Dalam keberagaman subsuku Suku Dayak, mitos seputar Burung Enggang juga beragam. Salah satu kisah menyebutkan bahwa Burung Enggang adalah penjelmaan Panglima Burung, sosok gaib yang hadir saat perang.
Kepercayaan akan kesakralan Burung Enggang diangkat dalam setiap aspek kehidupan suku Dayak, menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbudaya, dan beragama.
BACA JUGA:Mengungkap Makna Tari Gubang dalam Budaya Suku Melayu Asahan: Kenapa Ini Sangat Berarti?
Perlindungan dan Ancaman Terhadap Burung Enggang
Meski disucikan dan dianggap sakral, Burung Enggang tidak luput dari ancaman. Aktivitas pemburuan yang tidak terkontrol dan hilangnya habitat alami menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidupnya.
Perlindungan terhadap Burung Enggang dan habitatnya menjadi kunci dalam menjaga keberadaan mereka untuk generasi mendatang.
Kisah tentang Burung Enggang di Indonesia tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi panggilan untuk melestarikan kekayaan alam yang luar biasa.
BACA JUGA:Tari Gubang: Pentingnya Tradisi Suku Melayu Asahan dan Makna di Baliknya
Keunikan, keelokan, serta nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Burung Enggang menjadi cerminan dari keindahan alam dan kearifan lokal yang patut dilestarikan.
Indonesia memiliki kekayaan tak ternilai dalam bentuk keberagaman hayati, dan menjaga keberadaan Burung Enggang merupakan satu dari banyak langkah penting dalam mempertahankan kekayaan alam yang luar biasa ini.
Artikel ini telah tayang di laman radarmukomuko.disway.id dengan judul : Mengenal Burung Enggang Yang Disuci Suku Dayak, Ini Makna Tubuh, Sayap Hingga Ekornya