Kemudian mereka membuat keputusan atas dasar keuntungan dan seringkali mengabaikan lingkungan serta masyarakat.
Tidak tersirat di kepala mereka apa dampak hewan hasil rekayasa genetika pada manusia (bila dikonsumsi) dan pada lingkungan (setelah jumlah mereka bertambah).
Sehingga seringkali, perusahaan meraup untung besar untuk mereka sendiri dari keputusan yang diambil.
BACA JUGA:Andy Lau Jadi Penjudi Ulung, di Film Perfect Exchange, Simak Sinopsisnya Disini!
Sedangkan akibat buruk yang mereka timbul merusak hidup lingkungan dan masyarakat. Hal ini sudah bisa terlihat dalam kehidupan nyata sekalipun, tanpa perlu “Okja” dibuat.
Tidak hanya itu, hewan juga termasuk pihak yang dirugikan dalam kapitalisme perusahaan, terutama di industri daging.
Scene yang paling bisa mewakili pesan ini adalah saat Mija berlarian mencari Okja di rumah jagal raksasa milik Perusahaan Mirando di New Jersey.
Tahap demi tahap apa yang terjadi pada hewan di tempat tersebut diperlihatkan.
BACA JUGA:The Resistance Banker, Kisah Nyata tentang Keberanian dan Pengorbanan, ini Dia Filmnya!
Adegan-adegan di sini bisa membuat orang bermimpi buruk dengan kekejaman yang terjadi pada para “babi super.”
Scene semakin “berhasil” setelah membentuk karakter Okja dengan berbagai petunjuk sisi kemanusiaan, seperti menolong Mija dari jurang saat masih berada di Korea.
“Film ini menyoroti isu lingkungan dan hak binatang, tapi ini lebih tentang kapitalisme dan sistem yang kita jalani,” jelas Bong Joon Ho, dikutip oleh Tirto.
“Hewan-hewan itu sedang mengalami holocaust, tapi bagi korporasi itu hanya soal produksi massal.”