Pada tahun 929 M, terjadi pemindahan ibu kota oleh Mpu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang diperkirakan antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis.
Kerajaan ini kemudian dinamakan Medang dengan Mpu Sindok sebagai raja pertamanya dari Dinasti Isyana.
Ki Ageng Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, cucu Ki Ageng Sela. Dia adalah salah satu murid Sunan Kalijaga yang sering melakukan tirakat dan laku batin di tempat-tempat tertentu.
Sementara Ki Juru Martani adalah putra Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan, keturunan Sunan Kedul, yang juga keturunan Sunan Giri anggota walisongo pendiri Giri Kedaton.
Ibunya adalah putri dari Ki Ageng Sela, yang masih keturunan Brawijaya V raja terakhir Majapahit (versi Babad Tanah Jawi).
Nama Juru Martani muncul dalam Babad Tanah Jawi sebagai tokoh yang mendesak Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Agar berani mengikuti sayembara menumpas Arya Penangsang.
BACA JUGA:Runtuh Pada Abad ke-16, Begini Kisah Lengkap Kerajaan Majapahit yang Menguasai Berbagai Bidang
Sedangkan Ki Penjawi adalah keturunan ke 5 dari Bhre Kertabhumi melalui garis ayahnya Ki Ageng Ngerang III. Ibunya adalah Raden Ayu Panengah putri Sunan Kalijaga dari isteri putri Aria Dikara.
Semasa anak-anak sampai dewasa Ki Penjawi menerima gemblengan ilmu keagamaan dan ilmu pemerintahan (ilmu tentang tata pemerintahan yang dikuasai oleh walisongo adalah mengadopsi gaya khilafah atau kesultanan Islam jazirah Arab).
Di samping mendapatkan bekal ilmu dari Sunan Kalijaga, Ki Penjawi juga mendapatkan bimbingan ilmu spiritual dari nenek dan kakek-buyutnya yang masih keturunan Sunan Gresik.
Kiprah tiga pendekar pendiri Kerajaan Mataram ini dimulai saat mereka menyanggupi sayembara dari Sultan Pajang Hadiwijaya untuk membunuh Adipati Jipang Panolang, Arya Penangsang.
BACA JUGA:Ini Sejarah Kerajaan Pajajaran! Menang Lawan Majapahit, Akan Tetapi Takluk Dengan Kesultanan Banten
Setelah itu, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi kemudian berunding.
Dalam perundingan itu, Ki Ageng Pemahanan menyampaikan pendapatnya kepada Ki Penjawi, bahwa tidak ada orang lain yang mampu membunuh Arya Penangsang selain Danang Sutawijaya anak kandungnya.
Ki Penjawi pun sependapat dengan Ki Ageng Pemanahan. Danang Sutawijaya sejak kecil telah dijadikan sebagai anak angkat oleh kanjeng Sultan Hadiwijaya.