Pertama adalah "lapangan bola," sebuah cekungan luas seperti stadion di sebelah kawah utama yang sering digunakan pendaki untuk beraktivitas memanaskan tubuh.
Dari cerita warga, cekungan ini dulunya adalah kawah yang sekarang telah tertutup oleh luncuran pasir dan abu, menciptakan lapangan bola alami.
Selain itu, gunung ini menawarkan hutan "bunga cinta abadi," di mana bunga Edelweis tumbuh subur di puncaknya.
Hutan Edelweis ini terletak bersebelahan dengan puncak Merpati dan akses ke sana membutuhkan perjalanan berat melintasi dinding tebing kawah utama yang mengeluarkan asap belerang.
Tantangan ini memancing adrenalin para pendaki, menjadi pencapaian dan kepuasan tersendiri saat berhasil sampai dan memetik bunga Edelweis.
Pemandangan dari puncak Gunung Marapi juga sangat memukau, terutama saat menjelang subuh.
Lampu-lampu kota Bukittinggi, Padangpanjang, kawasan Agam timur, Padang, dan sebagian Limapuluh Kota terlihat berkelap-kelip dari atas.
Saat matahari muncul, panorama alamnya memukau dengan enam hingga tujuh gunung terlihat jelas serta Danau Singkarak dan Talago Koto Baru yang terlihat dari kejauhan.
BACA JUGA:Mengenal 4 Suku Asli Dari Provinsi Jambi, Apakah Benar Ada Suku Keturunan Minangkabau Dan Sriwijaya?
Selain itu, terdapat lubang-lubang kawah dengan asap belerang yang mengepul, serta telaga bernama Telaga Dewa yang jarang didatangi karena berada di kawasan hutan larangan.
Telaga ini memancarkan air ke Sarasah dan Badorai, menghasilkan air terjun saat hujan deras.
Gunung Marapi memiliki banyak jalur pendakian, termasuk jalur tradisional dari Koto Baru yang telah ada sejak lama.
Perjalanan dimulai dari Pasar Koto Baru, melalui perkebunan penduduk, menuju Pos 1 (Tower), Pesanggrahan atau Pintu Rimba, dan akhirnya menuju puncak.
BACA JUGA:Mau Burung Murai Gacor? Lakukan 5 Cara Jitu Ini Biar Menang Tanding!
Dari Pesanggrahan, perjalanan sesungguhnya dimulai. Pendaki akan menapaki jalan tanah, melalui tanjakan tajam, tanjakan landai, dan kadang harus bergelayut di akar pohon.