Lokasi ini kemudian dijadikan asrama tentara Belanda dan pusat pemerintahan Keresidenan.
Sejarah Pembangunan Masjid Agung Al-Falah
Gagasan pembangunan Masjid Agung sudah muncul pada tahun 1960-an, tetapi pembangunan baru dimulai pada tahun 1971.
Alim ulama dan tokoh masyarakat seperti MO Bafaddal, H Hanafi, Nurdin Hamzah, dan gubernur saat itu sepakat untuk membangun masjid ini di lokasi bersejarah tersebut.
Masjid Agung Al-Falah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 September 1980.
BACA JUGA:10 Misteri yang Ada di Desa Kuno Tiongkok, Begini Penjelasanya
Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas lebih dari 26.890 m², dengan luas bangunan mencapai 6.400 m² dan mampu menampung 10 ribu jamaah sekaligus.
Uniknya, masjid ini dirancang sebagai bangunan terbuka tanpa pintu dan jendela, sesuai dengan filosofi nama masjid, "Al-Falah" yang berarti kemenangan.
Arsitektur Megah Masjid Agung Al-Falah
Arsitektur masjid ini memukau dengan kubah besar dan menara yang menjulang tinggi.
Dibangun dengan material beton bertulang, jejeran ratusan tiang putih menyerupai masjid agung kota Roma, Italia.
Tiang lansing mendukung atap masjid, sementara tiang silinder berbalut tembaga menopang struktur kubah di bagian tengah.
Interior kubah dihiasi dengan ornamen simetris dan lukisan kaligrafi Al-Qur'an berwarna emas. Lampu gantung tembaga yang besar menambah keindahan ruang di bawah kubah.
Meskipun mengalami rekonstruksi pada tahun 2008, bentuk asli masjid tetap dipertahankan, menunjukkan keinginan untuk mempertahankan sejarah dan keindahan masjid yang menjadi kebanggaan warga Jambi.***