PAGARALAMPOS.COM – Yang lebih tua ikut dalam prosesi, dan yang lebih muda meninggalkan bunga di atas batu sebelum meninggalkan desa.
Kurosawa menggunakan media film sebagai sarana untuk mengeksplorasi subjek tentang mimpi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
‘Yume’ [Dreams] tidak difokuskan pada selera audiens, tetapi lebih mengajak penonton untuk menjelajahi mimpi.
BACA JUGA:Harta Karun Gunung Padang Ternyata Tak Hanya Kujang, Ada 3 Ton Emas!
Sebagai sarana untuk berkontemplasi di ruang paling intim di dalam diri setiap manusia.
Saat menulis teks ‘Yume’ [Dreams], Kurosawa telah berusia yang tidak muda lagi, tepatnya berusia delapan puluh tahun.
Karena itulah karya ‘Yume’ [Dreams] lebih memfokuskan pada perenungan tentang usia dan kematian.
BACA JUGA:Tak Sekedar Awet, 4 Merk Ban Ini Kuasai Pasaran Otomotif, Buktikan!
Film ini merupakan wadah Kurosawa untuk melakukan refleksi diri.
Sejak awal kemunculannya, ‘Yume’ [Dreams] begitu mengejutkan berbagai pihak.
Bahkan banyak orang berpendapat bahwa film berjudul ‘Yume’ [Dreams] adalah salahsatu karya terbaik atau masterpiece dari Akira Kurosawa.
Narasi, plot, dan karakter yang dihadirkan oleh Kurosawa memiliki kekuatan reflektif dan intospektif.
Mimpi Akira Kurosawa melalui Perspektif Religi dan Kognitif. ‘Yume’ [Dreams], mimpi.
Film ini merupakan kompilasi (beberapa cerita pendek) dan visualisasi dari ‘mimpi’ yang diceritakan oleh Akira Kurosawa.