PAGARALAMPOS.COM - Gunung Padang, sebuah situs arkeologi yang mengundang decak kagum, pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti Belanda bernama NJ Krom pada tahun 1914.
Saat itu, situs ini belum memiliki nama resmi dan hanya disebut berada di dekat Gunung Melati.
Namun, perjalanan panjang Gunung Padang menuju sorotan dunia ilmu pengetahuan dan arkeologi baru dimulai beberapa dekade kemudian.
Pada tahun 1979, seorang warga melaporkan penemuan peninggalan purbakala di Gunung Padang, yang kemudian menarik perhatian para peneliti.
BACA JUGA:Kebudayaan Suku Aka yang Tak Masul Akal, Kok Bisa Seorang Bapak Menyusui Anaknya
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) mulai melakukan ekskavasi di Teras 4 dan 5 pada tahun yang sama.
Namun, Gunung Padang tetap luput dari perbincangan luas hingga akhirnya, pada tahun 1990, pemerintah menetapkan situs ini sebagai cagar budaya yang dilindungi undang-undang.
Dengan luas area mencapai 3000 m² dan tinggi 110 meter, Situs Gunung Padang memiliki struktur terdiri dari teras 1 hingga teras 5, yang diapit oleh batu-batuan.
Namun, makna dan keberadaan situs ini semakin menarik setelah hasil penelitian yang lebih mendalam di tahun 2011-2012 oleh Tim Bencana Katastropik Purba.
BACA JUGA:Pesona Wisata Gunung Rinjani, Ini Beberapa Hewan Langka Yang Hidup Disana!
Tim ini menggunakan berbagai metode dan teknik seperti Citra Satelit, Georadar, Geoelektrik, Pengeboran, dan Analisis Karbon.
Salah satu temuan penting adalah adanya lapisan pasir pada kedalaman 3 meter, yang diyakini merupakan kerakal sungai untuk meredam guncangan gempa.
Di bawahnya, pada kedalaman 4 meter, ditemukan batu-batuan andesit. Temuan paling menarik adalah pada kedalaman 18-19 meter, di mana tim menemukan banyak karbon.
Pengujian karbon ini mengungkap usia yang mengejutkan: sampel pertama dari Teras 2 memiliki usia 5.500 tahun SM, sedangkan sampel dari Teras 5 memiliki usia 11.060 tahun SM.
BACA JUGA:4 Ban Motor Terbaik di Indonesia, Michelin, Dunlop, IRC, atau Bridgestone,Gus Ken Bang.