Selain menarik minat para peneliti dan ahli, Gunung Padang juga menjadi daya tarik wisata yang populer di Indonesia.
Banyak wisatawan lokal dan internasional yang mengunjungi situs ini untuk melihat piramida kuno yang memukau dan merasakan atmosfer misteriusnya.
Diharapkan pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang lebih baik akan membantu mempromosikan wisata ke Gunung Padang.
Gunung Padang tetap menjadi salah satu situs arkeologi yang paling menarik dan kontroversial di Indonesia.
BACA JUGA:Kerajaan Pembawa Peradaban di Pulau Jawa, Siapa Pendirinya, Kisah Perwayangan Rajanya Keturunan Dewa
Penelitian dan eksplorasi lebih lanjut diharapkan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi tentang peradaban kuno dan mengungkap misteri yang terkait dengan situs
Piramida Gunung Padang di Indonesia merupakan kompleks Megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Piramida Indonesia terdiri dari 5 teras menanjak, dibangun selama beberapa era antara 5.000 SM dan mungkin sejauh 20.000 SM.
Selain struktur teras paling atas, Piramida Padang tetap terkubur di bawah tanah.
Gunung Padang, nama yang berarti "Gunung Cahaya", seorang peneliti memiliki alasan untuk percaya bahwa ini mungkin piramida tertua yang masih berdiri di Bumi.
Jika temuannya benar, Gunung Padang adalah bukti peradaban kuno yang sangat maju, semacam Atlantis yang terlupakan dan mengubah semua yang dianggap arkeolog tentang sejarah peradaban manusia.
BACA JUGA:Pesona Gunung Kawi, Misteri yang Tak Terlupakan, Simak Ceritanya!
Tidak hanya menghebohkan tanah air saja, namun juga berhasil mencuri perhatian dunia.
Para ilmuwan, peneliti, arkeolog dan jurnalis berdatangan ke Indonesia karena sangat tertarik dengan rahasia dan misteri yang masih terkubur di dalam Gunung Padang.
Sudah banyak sekali permintaan para ilmuwan dan arkeolog dunia untuk bisa bergabung dalam tim riset. Namun sejauh ini penelitian masih di pegang oleh tim riset dalam Negeri.
Awalnya pada zaman penjajahan Kolonial Belanda, Mereka menjadi orang-orang Eropa pertama yang menemukan Gunung Padang di awal abad ke-20.
Ini dikarenakan Mereka pasti terpesona oleh besarnya lingkungan yang penuh batu di sana.