PAGARALAMPOS.COM – Alive merupakan film yang diangkat dari kisah nyata dari kejadian di tahun 1972.
Saat sekelompok tim rugby asal Uruguay yang terdampar di pegunungan Andes karena kecelakaan pesawat.
Nah, ketika saya mencari film dengan kategori disaster, Alive (1993) terselip di situ dengan sebuah premis yang awalnya terlihat biasa saja.
Tapi ternyata, sampai detik akhir, saya justru menemukan kebalikannya.
Ini kisah tentang para penyintas yang harus bertahan selama 72 hari di 'neraka' salju, kedinginan dan tanpa makanan.
Film ini, walaupun dibuat tahun 1993 dengan visual efek yang tentu saja kalah jauh dibandingkan dengan film-film sekarang, tapi ceritanya tetap memiliki kekuatan tersendiri.
BACA JUGA:Gunung Padang, Menengok Kekayaan Budaya dan Arkeologi yang Mendalam, Apakah Atlantis yang Hilang?
Jika anda pernah menonton The Grey-nya Liam Neeson (2011), film ini agak mirip di bagian awalnya:
Tentang sekelompok orang (di Alive jumlah orangnya lebih banyak) yang mengalami kecelakaan pesawat terbang, terjebak di padang salju antah berantah, dan berusaha bertahan hidup. Ya, persis sama seperti itu.
BACA JUGA:Pernahkah Dicemburui oleh Sebuah Mobil yang Memiliki ‘Kepribadiannya' Sendiri?
Hanya saja, adegan kecelakaan pesawat di The Grey terlihat lebih epik dan menegangkan.
Tentunya dengan dukungan teknologi spesial efek yang sudah lebih baik.
Selain itu, The Grey akan berkembang menjadi semacam film survival sekelompok orang dalam menghadapi teror ‘monster pemangsa’.
Sedangkan Alive benar-benar rangkaian drama psikologis (menurut saya) yang justru lebih terasa disturbing-nya.