Wanita tersebut dapat menjalin hubungan dengan pria tersebut selama waktu yang diinginkan, dan pasangan-pasangan ini seringkali tidak hidup bersama secara permanen.
Hal ini menghasilkan dinamika sosial yang unik dalam komunitas Mosuo, dengan fokus yang lebih besar pada hubungan perempuan dan keluarga ibu.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun tradisi Mosuo menyoroti kebebasan seksual dan otonomi perempuan, kehidupan sosial dan budaya mereka telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
BACA JUGA:Penemuan Bersejarah Baru! Istana Dalam Hutan Jawa Timur Ini Diduga Milik Raja Airlangga
Terutama sejak 1970, pemerintah Tiongkok telah mempengaruhi suku Mosuo untuk mengubah beberapa tradisi mereka, termasuk mendorong pernikahan resmi dan kehidupan keluarga yang lebih konvensional.
Seiring dengan kemajuan modernisasi dan pengaruh luar, beberapa wanita Mosuo telah memilih untuk menikah dan menjalin ikatan resmi dengan pasangan mereka, sementara yang lain tetap mempertahankan tradisi Walking Marriage.
Ini menunjukkan adanya pergeseran dalam nilai-nilai dan norma sosial di antara generasi muda Mosuo, dengan pengaruh budaya yang semakin bervariasi di dunia yang semakin terhubung.*