Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, ada seorang pendekar yang sakti mandraguna yang terkenal dengan naman Patih Gajah Mada.
Bahkan dengan kesaktiannya yang sangat tinggi, sang patih mampu menyatukan nusantara.
Patih Gajah Mada menjadi sosok fenomenal di Kerajaan Majapahit. Keberanian dan jiwa patriotnya membuat para petinggi kerajaan kagum.
Gajah Mada memiliki peran penting di internal istana. Sang Mahapatih ini telah merintis karier dari bawah sejak menjadi pimpinan pasukan pengaman raja di masa Jayanagara.
Di sinilah lagi-lagi sosok Gajah Mada digambarkan sejarawan Prof Slamet Muljana pada bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" memiliki kesaktian yang luar biasa.
Kesaktian itu bahkan tak dimiliki oleh Hayam Wuruk atau pun ibunya yang pernah bertakhta jadi raja.
Konon ketika pasukan Majapahit diperintahkan untuk mengepung rumah Gajah Mada, misi tersebut gagal.
Tentara bersenjata lengkap bergerak menuju rumah Patih Gajah Mada. Titir dibunyikan. Bala tentara Majapahit bersorak-sorak.
Pagar pekarangan dirusak hingga membuat batasnya terhapus. Bala tentara berdesak-desak masuk halaman. Mahapatih Gajah Mada yang telah bersiap menggunakan cawat celana geringsing, berselubung kain putih, bersabuk atmaraksi, berdiri di tengah halaman, bersemedi.
Seketika itu juga sang patih dengan jiwa raganya moksa ke Wisnuloka. Seisi rumah kepatihan dengan serta merta mencucurkan air mata menyaksikan kejadian itu.
Sementara itu terdengar laporan bahwa Gajah Mada telah lolos. Semua orang dikerahkan untuk mencarinya, menelusuri desa-desa mencari keberadaan sang Gajah Mada yang dengan kesaktiannya moksa.
Sang istri Ken Bebed mengikuti langkah suaminya meninggalkan rumah, mengembara mencari tempat bersembunyi jauh dari ibu kota Majapahit.
Di tempat sunyi sepi ia bertemu dengan seorang pria, yang sangat bagus rupanya seolah-olah titisan Dewa Asmara.