Raden Fatah kemudian dididik oleh Ario Dillah dengan pengetahuan Islam yang kemudian mengantarkan dirinya sebagai ulama besar.
BACA JUGA:Sejarah Puputan Badung: Perlawanan Epik Rakyat Bali Terhadap Penjajah
Anak kandung Ario Dillah sendiri yang merupakan hasil perkawinan dengan Puteri Champa adalah Raden Kusen. Jadi, Raden Fatah adalah saudara lain bapak dengan Raden Kusen.
Setelah Ario Dillah wafat, kekuasaan Kerajaan Palembang sempat kosong hingga tahun 1486. Hal itu terjadi karena Palembang termasuk dalam kekuasaan Majapahit.
Banyak keturunan Ario Dillah, termasuk Raden Fatah yang kemudian hijrah ke Demak.
Eksistensi Kerajaan Palembang kembali berdiri setelah Kerajaan Demak hancur. Tidak ada sumber tertulis resmi yang dapat menyebutkan kapan Kerajaan Majapahit hancur.
BACA JUGA:Kerajaan Blambangan Salah Satu Kerajaan Hindu Terakhir di Jawa yang Melawan Penjajah
Majapahit diperkirakan runtuh pada tahun 1478 akibat serangan kerajaan-kerajaan Islam.
Pada saat itu, Sunan Ampel menunjuk Raden Fatah sebagai penguasa seluruh tanah Jawa. Pusat kekuasaan kemudian dipindahkan ke Demak.
Pada tahun 1481, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Islam Demak. Pendirian kerajaan tersebut juga mendapat bantuan dari daerah-daerah lainnya yang telah lepas dari Majapahit, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik.
Kerajaan Demak pernah menjadi pusat niaga pada abad ke-15 Masehi dan cukup berpengaruh terhadap beberapa wilayah.
BACA JUGA:Kisah Heroik Puputan Badung: Pertempuran Sengit Melawan Penjajah
Raden Fatah mendapat gelar Senapati Jimbun Ngabdu‘r-Rahman Panembahan Palembang Sayidin Panata‘Gama.
Ia wafat pada tahun 1518, dan digantikan puteranya, yaitu Pati-Unus atau Pangeran Sabrang Lor.
Setelah Pangeran Sabrang Lor wafat pada tahun 1521, tahta kekuasaan kemudian dipegang oleh saudaranya, yaitu Pangeran Trenggono hingga tahun 1546.
Setelah itu, di Kerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan antara saudara Pangeran Trenggono (Pangeran Seda ing Lepen) dan anaknya (Pangeran Prawata).