Akan tetapi, Princen tidak ingin kembali dan lebih memilih ikut Siliwangi long match ke Jawa Barat.
Princen kemudian tercatat aktif sebagai gerilyawan Republik pada 21 November 1925 untuk wilayah Cianjur-Sukabumi pada tahun 1949.
Akibatnya, dia oleh pihak militer Belanda terus diburu dan berusaha untuk dihilangkan nyawanya seperti tercatat dalam otobiografinya yang berjudul Kemerdekaan Memilih.
4. Yang Chil Sung
Oleh masyarakat Wanaraja di Garut, Yang Chil Sung dikenal dengan nama Komaruddin. Dia seorang pemuda Korea yang ikut tentara Jepang ke Indonesia dan pada Maret 1946.
Sebagai pejuanga asing, Yang Chil Sung bersama pasukannya terlibat dalam pertempuran hebat dengan Pasukan Pangeran Papak (PPP).
Akhirnya pasukan Yang Chil Sung tertawan dan dia menyatakan bergabung dengan laskar asal Garut itu.
Yang Chil Sung selama bergabung dengan PPP menjadi inisiator bermacam-macam penyerangan.
Terrhadap basis-basis militer Belanda di Garut selama waktu 1946-1948. Aksi darinya yang paling terkenal adalah mampu mengancurkan Jembatan Cinunuk sehingga pihak Belanda gagal menguasai Wanaraja.
Hal ini diungkapkan oleh Utsumi Aiko dalam Sekidoka no Chosenjin hanran (Pemberontakan Orang Korea di Bawah Garis Khatulistiwa).
5. Abdullah Sattar
Menurut jurnalis sejarah Muhammad TWH, Sattar melakukan pembelotan dari BIA (British India Army) dengan membawa banyak anak buah dan persenjataan lengkap.
Sattar merupakan lelaki asal India yang bergabung dengan kekuatan pasukan Republik Medan dan dibuatkan kompi tersendiri dalam Batalyon I oleh para petinggi tentara.
Selain menjadi komandan kompi, Sattar juga menjadi komandan Batalyon I Resimen III Divisi X dengan pangkat mayor. Sattar pernah mengirimkan 17 anggotanya ke palagan Aceh sebagai tenaga bantuan latih dan petempur.
Ketika Muhammad Hatta melalukan kunjungan ke Sumatera awal tahun 1948, pasukan Sattar bertugas untuk mengawal Wakil Presiden RI yang pertama itu saat berkunjung ke Pematang Sattar.