Banyak Tidak Diketahui, Ada Pejuang Musuh Membelot Demi Memerdekan Indonesia

Sabtu 27-05-2023,13:45 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Gusti

Shigeru Ono merupakan pejuang bangsa Indonesia yang berasal dari Jepang, dan masih ada sampai beberapa tahun lalu. Lebih tepatnya pada 25 Agustus 2014, dia meninggal akibat sakit tifus dan pembengkakan pembuluh darah.

Sewaktu masih berjuang dalam peperangan, dia selain ikut bergerilya ke wilayah kaki Gunung Semeru, Jawa Timur, dia juga pernah terlibat dalam pembuatan buku petunjuk khusus taktik perang gerilya bersama dengan “Bapak Intel Indonesia”, yaitu almarhum Kolonel Zulkifli Lubis.

Alasan Shigeru tidak mau tunduk kepada pihak Sekutu adalah karena melihat jasa orang-orang Indonesia kepadanya manakala memerangi pihak Sekutu dan dia tidak mengenal kata menyerah.

Dalam sebuah karya Eiichi Hayashi berjudul Mereka yang Terlupakan: Memoar Rahmat Shigeru Ono, Bekas Tentara Jepang yang memihak Republik.

Shigeru Ono berkata bahwa Indonesia sudah banyak membantu Jepang dan ingin memberikan yang tidak bisa dilakukan oleh negaranya.

Shigeru Ono harus rela kehilangan tangan kanannya akibat dari ledakan mortir demi bisa membela tanah air barunya.

Dia juga menjadi buronan militer Belanda karena anggapan bahwa dia telah membuat kerugian dengan aksi penyerangan yang dilakukan pasukannya selama di wilayah Jawa Timur.

3. J.C. Princen

Johannes Cornelis Princen sudah sedari awal merasa tak suka dengan pengiriman tentara Belanda ke Indonesia. Dia ternyata seorang kopral wajib militer dari Divisi 7 Desember.

Princen mengunkapkan bahwa rasanya ironis saja saat negaranya baru saja bebas dari Jerman setelah itu menjadi penjajah bagi bangsa lain yang ingin merdeka.

Dia akhirnya tetap untuk ikut dalam rombongan tentara yang akan berangkat ke yang jawa karena negaranya mengancam dia dengan hukuman mati.

Awal tahun 1947, Princen sampai di Pelabuhan Tanjung Priok dan bertugas di daerah Jakarta, Bogor dan Purwakarta. Nah, di Bogor dan Jakarta inilah dia merasa tidak nyaman atas perilaku para serdadu yang melakukan penindasan.

Princen mengenang bahwa para serdadu itu memperlakukan orang-orang pribumi layaknya anjing kudisan.

Bahkan di Bogor serdadu itu menembak Asmuna, seorang perempuan setempat yang menolak untuk dilecehkan oleh para serdadu.

Sekitar tahun 1948, Princen melarikan diri dari kesatuannya dan ditangkap oleh Tentara Merah (pasukan pro FDR PKI) dan dipenjaran di Pati.

Setelah sebulan berlalu, Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi membebaskannya dan menyuruh kembali kepada pasukannya.

Kategori :