Cara mereka mengadu kesaktian bukan dengan berkelahi adu fisik, tapi keduanya sepakat untuk tidur menelungkup di bawah pohon aren.
Kemudian bergantian memotong buah aren, siapa yang tertimpa oleh buah aren yang dijatuhkan, maka akan dianggap kalah sakti.
Sebelum pertarungan dimulai, keduanya sepakat untuk mengumpulkan kesaktian masing masing.
Tak disangka, kesempatan tersebut dimanfaatkan Si Mata Empat dengan berbuat licik agar bisa unggul dari Si Pahit Lidah.
BACA JUGA:Wah! Pendekar Si Pahit Lidah Ternyata Pernah Ke 6 Lokasi Ini, Daerah Kamu Ada Gak?
Setelah hari yang disepakati tiba, Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat bertemu di bawah pohon aren sesuai kesepakatan sebelumnya.
Si Mata Empat mempersilahkan Si Pahit Lidah untuk naik ke pohon aren terlebih dahulu.
Si Pahit Lidah lalu naik dan memotong tangkai buah aren yang berada persis di atas tubuh Si Mata Empat.
Tentunya Si Mata Empat dengan mudah bisa menghindar meski Si Pahit Lidah mencobanya sebanyak tiga kali.
BACA JUGA:Telusur Jejak Si Pahit Lidah, Legenda Batu Badak Jadi Saksi perjalanan Si pendekar
Karena si Mata Empat bisa melihat buah aren yang jatuh itu menggunakan sepasang matanya yang berada di belakang kepala.
Kini giliran Si Pahit Lidah yang tidur di bawah pohon aren, ia sudah merasa bahwa ajalnya telah dekat.
"Pahit lidah apakah kau sudah siap dengan kematianmu?” kata Si Mata Empat dengan sombongnya.
”Jangan banyak oceh! Cepat potong buahnya!” jawab Pahit Lidah.
Dengan cepat Si Mata Empat memotong tangkai buah aren, sementara Si Pahit Lidah tak sempat menghindar.