Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya: Sebuah Kajian Pemahaman Sejarah dan Pengaruhnya pada Kehidupan

Rabu 10-05-2023,16:03 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Jukik

Pada tahun 1659, Keraton Kuta Gawang beserta benteng-bentengnya hancur akibat diserbu oleh VOC. Hancurnya keraton tersebut sebagai pertanda berakhirnya eksistensi Kerajaan Palembang. 

Kehancuran tersebut berpengaruh pada pemindahan keraton dan pemukiman penduduk ke arah yang lebih ke hulu, yang terletak antara Sungai Rendang dan Sungai Tengkuruk. 

Daerah ini kemudian dikenal dengan istilah Beringin Janggut. Keraton Kuta Gawang kini berada di kompleks PT Pusri, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

BACA JUGA:Sudah Jarang Terdengar, Sastra Lisan Besemah Banyak yang Telah Punah

Dari bentuknya, keraton ini menandai adanya akulturasi kebudayaan antara budaya Jawa dan Melayu, yang kemudian disebut dengan kebudayaan Palembang. 

Setelah kehancuran Kerajaan Palembang, maka lahirlah Palembang yang memiliki kepribadian sendiri dan merasakan hak kemerdekaan sendiri pula, yaitu Kesultanan Palembang Darussalam.

Pada tahun 1659, di Palembang juga berdiri sebuah kesultanan yang memiliki corak tersendiri dan berbeda dengan Kerajaan Palembang sebelumnya, yaitu Kesultanan Palembang Darussalam. 

Pendiri kesultanan ini adalah Sultan Jamaluddin atau dikenal dengan sebutan Sultan Ratu Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayidul Iman, yang pada masa akhir hayatnya bergelar Sunan Cinde Walang.

BACA JUGA:Sastra Tutur: Guritan Besemah yang Sebenarnya

Silsilah Sultan Kerajaan Palembang dan Kesultanan Palembang Darussalam

Silsilah berikut ini akan dibagi berdasarkan dua bentuk periodeisasi, yaitu periode Kerajaan Palembang (sebagai cikal bakal Kesultanan Palembang) dan periode Kesultanan Palembang Darussalam itu sendiri.

 

1. Periode Kerajaan Palembang:

 

    Ario Abdillah (Ario Dila, sebelumnya bernama Ario Damar) (1455-1486)

    Pangeran Sedo Ing Lautan (1547-1552)

Kategori :